manajemen-ibu-rumah-tangga.jpg

Sederhanakan Rumusnya Agar Bahagia!


Sederhanakan rumusnya agar bahagia!

Ngomongin perempuan, apalagi yang sudah bertambah gelarnya menjadi seorang istri sekaligus ibu mungkin jarang sekali untuk menemui tanda titiknya, selalu saja koma, koma dan koma. Rutinitas yang hampir sama setiap harinya kadang membuat bosan. Belum lagi kalau sudah merasa lelah. Sensitifnya begitu terasa. Siapa yang salah? Mungkin tanda koma itu. Siapa tanda koma itu? Yuk, kita ghibah-in biang keroknya di sini!


Ibarat Sebuah Lingkaran dengan Banyak Koma di dalamnya, Itulah Perempuan.

Ibarat Sebuah Lingkaran dengan Banyak Koma di dalamnya, Itulah Perempuan


Sebelum jadi seorang istri dan ibu….

Ibarat kata, perempuan adalah sebuah lingkaran yang mana di dalam lingkaran tersebut
akan ada sebuah koma. Sebuah koma mengartikan satu aktivitas yang dilakukan oleh
seorang perempuan, sedangkan banyak koma, itu berarti ada banyak aktivitas.

Belum banyak hambatan yang berasal dari luar, untuk menyelesaikan aktivitas-aktivitas
yang dilakukan. Menjadi perempuan lajang akan banyak kebebasan untuk mengatur
semuanya sendiri. Tidak ada tuntutan yang berlebihan dari pihak luar entah dari finansial, waktu ataupun sekedar menyalurkan hobinya. Mungkin, bisa jadi ada hambatan dari diri sendiri, misalnya malas (ah, malas kok dipelihara) *plak. Pokoknya maju terus, no
mundur kalau diungkapkan seperti itu lah, ya.

Beda cerita, kalau kita sudah bertambah gelarnya menjadi istri sekaligus ibu. Masih sama diibaratkan berada dalam sebuah lingkaran dan akan ada banyak koma-komanya tentu saja. Yang membedakan adalah akan ada beberapa duri yang menempel di sekitar garis lingkaran. Bisa jadi duri itu akan melukai atau bahkan akan bermanfaat untuk kita. Duri itu adalah hambatan yang sering di dapat dari luar. Semua tergantung kita.

Iya, kita, wahai perempuan.

Kembali ke Prioritas: Istimewanya Perempuan

Peran apapun bagi seorang perempuan setelah berkeluarga, dia akan tetap
memprioritaskan keluarga. Mau ibu rumah tangga ataupun ibu pekerja, anak dan suami
nomor satu. Itulah luar biasanya Tuhan memberikan keistimewaan pada perempuan. Seperti
istimewanya kisah salah seorang ibu yang mengidap penyakit autoimun, tetapi terus berjuang demi sang buah hati.

Suatu ketika, ada seorang ibu yang memutuskan untuk tetap bekerja di luar rumah. Meskipun ibu itu sudah dikaruniai seorang putri, baginya bekerja adalah suatu kemenangan. Tetapi, tak disangka putrinya begitu meminta lebih perhatiannya yang membuatnya harus ekstra kerja keras agar bisa menyeimbangkan urusan kantor dan anaknya.

Dia masih saja bekerja dan mengurus anaknya. Sampai suatu ketika, dia hamil anak kedua. Ekstra kerja keras bukan? Tentu saja! Apakah dia berhenti bekerja? Tidak sama sekali. Dia tetap bekerja di luar rumah meskipun anaknya sudah dua dan begitu menyita perhatiannya.

Hal tersebut ia lakukan karena dia menginginkan anak-anaknya kelak mampu memilih hidup
yang kaya akan pekerjaan dan tanpa ada perasaan takut seperti yang dialaminya.

Beda lagi dengan kisah ibu yang satu ini:
Dia seorang ibu yang awalnya ibu pekerja lalu memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga.
Karena sudah terbiasa menghasilkan uang sendiri lalu di rumah hanya mengurus pekerjaan rumah dan anak saja. Dia menganggap ini seperti siksaan.

Di satu sisi, dia memilih keputusan tersebut karena ingin mengoptimalkan perannya sebagai ibu. Lama kelamaan dia tidak hanya ingin mengurus rumah dan anak saja akan tetapi juga ingin menyalurkan hobinya yang bisa mempermudah tugasnya sebagai ibu rumah tangga.

Dua cerita berbeda ibu pekerja dan ibu rumah tangga, tentang prioritasnya masing-masing. Manajemen prioritas. Ya, semua ibu harus tahu tentang manajemen prioritas.

Manajemen Diri. Inilah Ceritaku.

Aku memutuskan menjadi ibu rumah tangga sejak menikah sampai saat ini. Setelah menikah belum pernah merasakan bagaimana dunia kerja di luar itu, meskipun sebelum menikah pernah bekerja. Membayangkan repotnya saja mengurus rumah dan anak-anak sudah tidak ada keinginan untuk bekerja di luar rumah. Namun, memang ada satu keinginan setelah menikah, yaitu aku tidak mau hanya mengurus pekerjaan domestik saja, aku harus bisa
beraktualisasi diri.

Bukankah aktualisasi diri adalah kebutuhan di level tertinggi? Kebutuhan aktualisasi adalah
kebutuhan pemenuhan diri yang ada di puncak setelah kebutuhan dasar dan kebutuhan psikologis. Setelah berhasil aktualisasi diri akan lebih mudah terhubung dengan aspek spiritual. Bahkan aspek spiritual adalah salah satu aspek untuk meraih kunci kebahagiaan. Bukankah itu
yang kita inginkan?

Sayangnya, mencapai apa yang menjadi anganku tidaklah mudah. Membuat jadwal yang begitu padat setelah menyelesaikan urusan domestik membuatku kecapekan dan sering mengeluarkan emosi negatif yang tak terkontrol.

Manajemen waktu. Iya, aku kelabakan untuk membagi waktu. Marah wajar, yang enggak wajar adalah marah-marah. Lalu, kalau aku harus disiplin untuk mengatur waktu agar segala asaku tercapai lebih cepat apakah salah? Anak-anak terkorbankan dengan segala emosi?
Ya, tentu salah.

Apa yang salah?

Yuk, mengenal kecerdasan intrapersonal. Inilah yang akan kita ghibah-in.

Semua Ibu Wajib Punya Manajemen Diri

Manajemen diri. Orang juga bisa menyebutnya dengan kecerdasan intrapersonal. Bukan berarti ibu yang sering marah-marah tidak pintar untuk mengatur dirinya sendiri. Mungkin belum terbiasa melatihnya saja.

Kalau sudah menjadi seorang ibu, seharusnya sudah fasih dengan manajemen diri. Manajemen diri artinya kita tahu siapa diri kita sebenarnya. Dari kecil, kalau kita sudah mampu melihat kelebihan dan kekurangan kita, kita tidak akan memaksa menjadi orang lain, begitupun kalau kita sudah bergelar menjadi istri dan ibu.


“Seorang Ibu, harus mampu mengenali dirinya, mengenali apa yang mampu memantik emosinya, sehingga mampu mengendalikan dirinya dengan baik, terutama saat berinteraksi dengan anak-anak dan pasangannya.”

Metamorfosa – Risa Arisanti

Ibu yang sudah terlatih dalam bagaimana mengelola dirinya dengan baik tentu saja akan menghargai waktu yang dipunyainya.

Manajemen Waktu Ibu Pekerja

Seperti kisah seorang ibu pekerja yang aku tulis di atas. Meskipun ibu itu bekerja, ia tetap
memikirkan keluarganya yang ada di rumah. Untuk menyeimbangkan antara keduanya tidaklah mudah, tetapi ibu itu bisa karena dibalik semua itu, ada alasan yang kuat dari ibu tersebut untuk tetap bisa bekerja dan mengurus keluarganya. Lagi dan lagi tentang manajemen waktu ibu bekerja.

Manajemen Waktu Ibu Rumah Tangga

Belum lagi kalau seorang ibu rumah tangga yang lebih banyak menghabiskan waktunya di
rumah saja dengan aneka macam pekerjaan yang sama setiap harinya. Bagaimana si ibu
bisa mengelola waktunya dengan baik agar seimbang juga menyelesaikan urusan keluarga
dan urusan untuk dirinya sendiri. Semuanya butuh manajemen waktu juga.

Tips Manajemen Waktu untuk Para Ibu

Tips Manajemen Waktu untuk Para Ibu

Manajemen waktu. Iya, Ibu yang sudah melatih dirinya untuk manajemen diri dengan baik tentu saja akan cerdas mengelola waktunya. Waktu 24 jam harus dibagi dengan baik untuk menyelesaikan urusan domestik dan waktu untuk mengaktualisasikan diri. Pintar dalam manajemen diri dengan mengontrol waktu sebaik mungkin. Terdengar klise sih, tapi sungguh itu adalah satu-satunya cara agar terhindar dari julukan “ibu suka marah-marah”. Menyederhanakan jadwal dengan waktu 24 jam.

1. Membeli agenda

Tidak perlu beli agenda mahal. Bukan mahal atau murah agendanya, akan tetapi fungsinya yang akan mengubah hidup. Agenda yang berfungsi untuk menuliskan apa yang harus dilakukan setiap harinya, semuanya dijadwalkan.

2. Jangan menuliskan aktivitas yang terlalu menguras energi dan waktu

Hal sederhana yang bisa aku selesaikan dengan baik setiap harinya itu sudah menghasilkan
daripada tidak melakukan apa-apa. Apalagi, melakukan hal besar tapi aku tidak bisa menyelesaikannya.

3. Kurangi scrolling HP atau menonton TV yang tidak perlu

Scrolling HP dan menonton TV yang tidak perlu membuat waktu begitu tersita, dari 5 menit menambah 10 menit, dari 10 menit menambah lagi dan lagi, lalu sampai kapan?

4.Tetapkan target yang realistis

Menjadi ibu rumah tangga produktif tentu saja harus punya target yang akan dicapai. Ingat! Bukan melulu soal target, tapi ada perhatian lain yang aku selesaikan, itupun sudah menguras energi. Selama anak-anak masih butuh perhatian tetapkan target yang realistis, jangan terlalu memaksa.

5. Hindari kekacauan dan kembalikan keteraturan dalam kehidupan

Lagi dan lagi diingatkan bahwa hal kecil yang bisa aku selesaikan lebih baik dari pada hal besar yang tidak bisa aku selesaikan saat itu juga.

6. Isilah waktu santai

Bisa dalam seminggu sekali untuk melihat film atau hal lain yang membuat aku senang, sebagai self reward aku sudah bisa mengatur jadwal dengan baik dan bisa menyelesaikannya dengan baik pula.

7. Berkomitmen untuk menciptakan lebih banyak sinergi setiap hari

Intinya jangan terlalu memaksakan apa yang tidak bisa kita lakukan. Kalau itu hanya membuang tenaga yang membuat kita sakit dan tidak bergairah melakukannya. Lakukan apa yang membuat kita senang dengan begitu semangat. Kalau capek ya istirahat, jangan terlalu dipaksa. Jika aku bugar, penuh energi dan cukup istirahat semua jadwal pasti akan terselesaikan dengan baik.

“Kehati-hatian diseimbangkan dengan kebebasan kerja dan istirahat, karier dengan
keluarga, dan kesejahteraan material dengan kesadaran spiritual. Peran kepemimpinan
dalam kehidupan pribadi berarti berinvestasi dalam kebahagiaan Anda sendiri.”

Leadership Mastery – Dale Carnegie

Sederhanakan Rumusnya Agar Bahagia, Mah!


Seorang ibu, baik ibu pekerja atau ibu rumah tangga punya tugas untuk menjaga kestabilan
mental anak-anaknya. Seorang Ibu dituntut untuk bisa memimpin diri sendiri dan lingkup yang lebih banyak.

Berdamai dengan waktu, serta menciptakan hubungan penting dengan orang-orang terkasih adalah elemen penting untuk memaksimalkan kesehatan dan kesejahteraan pribadi. Seorang ibu dengan support system yang baik dalam keluarganya bisa jadi keuntungan tersendiri baginya untuk terus melatih kecerdasan intrapersonalnya agar mental terjaga dan kebahagiaan akan selalu menyinari seisi rumahnya.

Yuk, Mah sederhanakan rumusnya agar selalu bahagia.


Referensi:
-Amazing 30 (Melewati Usia 30 dengan Senyuman), Beta Kun Natapradja
-Leadership Mastery (Sukses Memimpin Diri Sendiri dan Orang Lain Meraih Posisi no. 1)
Dale Carnegie.
-Metamomfosa (Transformasi Diri Muslimah Produktif Mulia), Risa Arisanti
– PhD Parent’s Stories (Menggapai Mimpi Bersama Pasangan Hidup), Ario Muhammad

Mamah Julia Pasca
Mamah Julia Pasca

Seorang perempuan yang menyukai warna hitam dan putih dalam hidupnya. Dengan menulis mungkin akan membuat warna lain dalam jejak hidupnya.

Articles: 1

22 Comments

  1. Emang penting ya menyederhanakan rumus. Kurangi scrolling hp dan nonton yang tidak perlu, tapi tidak termasuk mengurangi tontonan yang emang buat hiburan yang membahagiakan dong ya, hehhee. Pokoknya rumusnya dikembalikan ke masing-masing orang biar bahagia dan tetap produktif kan ya, hehehe …

  2. Nomor 7 nih, cateeeet!…
    Di satu sisi beraktivitas itu harus, di sisi lain kebanyakan aktivitas juga ga bagus. Gampang-gampang susah menyeimbangkan aktualisasi diri dengan kewajiban sebagai ibu. Dan yang jelas, rumusnya ga bisa nyontek orang lain begitu saja…
    Semangat ah!… 🤗

  3. Yihaaaa, ini artikel yg sangat mencerahkaaannn
    Memang menjadi IBU tuh syper complicated, banyak tantangan dan kerisauan di sana sini.

    Tapiiii kita bs bgt kok enjoyyyy life dan ya itu tadiii sederhanakan aja rumusnyaaaaa

  4. Solusi menjadi Ibu yang produktif namun tetap bahagia tentu dikembalikan ke diri masing-masing ya.. Dan dengan menyederhanakan kebahagiaan, semoga semua target harian, mingguan maupun bulanan yang sudah ditulis di agenda bisa tercapai. Aku juga suka banget nulis diary. Bagiku, selain mood tracking, aku juga bisa kontemplasi apa yang sudah aku capai per-hari. Kadang jadi sedih kalau ada ceklist yang tertinggal.
    Tapi sekali lagi kalau hidup perlu menyederhanakan bahagia, hehehe..

    Selamat menjadi Ibu yang penuh karya.

  5. Yang paling sulit itu, ketika perempuan berada di lingkungan toxic. Orang-orang terdekat yang paling sering menjatuhkan dan membunuh keinginan untuk lebih baik. Sementara perempuan butuh pelukan, butuh dukungan. Semoga yang bertahan tetap kuat dan bisa merasa lega suatu saat nanti.

  6. “Manajemen Diri”, kita sendiri yang atur apa yang kita mau, apa yang kita prioritaskan. Paling penting, semua dilakukan dengan kesadaran, bukan paksaan. Dengan menyederhanakan bahagia, tentu semua hal akan dapat dilakukan dengan riang gembira.

  7. Manajemen diri bagiku sangat penting. Ini membantuku membuat porsi yang pas antara kerja, urusan rumah tangga, dan hobi. Menuliskan semua to do list juga nggak kalah penting bagiku. Aku jadi lebih terarah dan lebih fokus dalam beraktivitas.

  8. Kadang kaum ibu sendiri yang bikin mumet dirinya. Sudahlah harus mengerjakan banyak tugas, masih memenuhi diri dengan pemikiran2 yang sering bikin tidak percaya diri. Misalnya, menggunakan standar hidup orang lain untuk dirinya. Insya Allah kita semua kaum ibu dimampukan untuk membahagiakan diri dengan rumus masing2 agar bisa melanjutkan kebahagiaan itu untuk orang2 terkasih.

  9. Hiksss ketamparrr banget, kurangin scrolling hape untuk sosmed terutama nih yaa mbaa
    bener bangett, meskipun udah resign tapi kalo ngga diikuti dengan manajemen waktu yang baik, kita akan berjalan di tempat. makasi banget tipsnyaaaa <3

  10. Nah saya sekarang sangat membatasi scroll media sosial dan nonton tv yg gak penting. Fokus ke membaca atau tugas sebagai ibu rumah tangga saja. Memang lagi belajar memanage diri juga sih. Terimakasih tips bahagianya ya …

  11. Nah ini kurangi scrolling hp dan nonton TV. Nonton TV udah jarang karena kalah sama bocah dan kakek neneknya. Scrolling hp yang kadang nggak sadar waktu. Inspiratif banget tulisannha kak. Terima kasih ya ini jadi reminder buat aku buat lebih fokus ke tujuan

  12. yes, menyederhanakan rumusya agar dapat hidup dengan bahagia adalah suatu keharusan yang dapat dilakukan oleh perempuan ya mbak, karena kadang sebenarnya sebagai perempuan saya suka menyulitkan diri sendiri hehehe

  13. sepakat, ga usah dibuat ribet, fokus, komitmen dan konsisten, kurangi multitasking juga yang jadi sumber kepeningan, walaupun niatnya supaya cepat tapi hasilnya ga optimal kok
    nikmati proses menjadi ibu, karena setiap ibu punya perjuangannya masing-masing ga perlu dibandingkan satu sama lain, terinspirasi tanpa terintimidasi

  14. Sepakat… Semua peran sama pentingnya ya Mbak. Mau ibu bekerja ataupun ibu rumah tangga, asalkan dijalani sepenuh hati dan berbahagia, insyaAllah hasilnya maksimal. Saya pun sekarang sedang dalam tahap aktualisasi diri dengan menekuni beberapa hobi, termasuk di antaranya menulis dan bercerita lewat tulisan. Semoga semua perempuan di luar sana bisa berbahagia dengan masing-masing pilihannya ya.

  15. manajemen waktu ini memang penting banget ya mbak dikuasai agar sebagai ibu kita bisa tetap produktif. saya lho kagum banget sama para ibu yang bisa mengatur waktunya sedemikian rupa sampai bisa menghasilkan banyak karya

  16. Jadi ibu itu tantangan terbesarnya manajemen waktu, biar bisa terus produktif harus pinter-pinter ngatur waktu. Dan tentu harus dapat support juga dari orang sekitar. Makasih tulisannya mba, sangat inspiratif.

  17. Aku bahkan belum pernah ngerasain dunia kerja mba soal.y abis kuliah langsung nikah, tapi sekarang coba buat jd writer freelance biar bisa berdaya sebagai istri, suami nggak nuntut aku buat kerja tpi aku pengen ngembangin diri aja plus nggak mau terlalu bergantung jg

  18. Kayaknya semua perempuan harus punya manajemen waktu, biar nggak mageran hehe. Apalagi kalau lagi libur di rumah. Wah bisa bisa scroll tiktok mulu.

    Tapi emang sih saya pun kayaknya kecanduan gadget. Astaghfirullah betapa banyak waktu yang saya buang buang

Tinggalkan Balasan ke AllamandawiCancel Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *