Mudik Rasa Staycation yang Ideal

Mudik selalu membawa perasaan yang nano-nano.

Ada kehangatan saat kembali menginjak tanah kelahiran, ada nostalgia saat menyusuri kota tempat dibesarkan, dan ada kebahagiaan ketika akhirnya bisa bertemu orangtua. Tetapi di balik semua itu, mudik juga bisa menjadi perjalanan yang panjang dan melelahkan, apalagi jika harus terbang lintas negara.

Begitu sampai, yang dibutuhkan bukan hanya kasur untuk merebahkan badan, tapi tempat yang benar-benar nyaman untuk beristirahat dan recharge energi.

Karena itu, saya relatif picky dalam memilih hotel. Hotel yang kupilih harus bisa memberikan pengalaman menginap yang bukan hanya nyaman, namun juga membuat mudik tetap menyenangkan tanpa menambah kelelahan. Ada beberapa standar yang harus terpenuhi sebelum akhirnya kupencet “book now“.

I. Syarat Hotel Versi Aku

I.I. Kebersihan Nomor Satu

Saya bukan clean freak, tapi buatku, kebersihan di hotel itu a MUST, harga mati!

Sprei dengan noda misterius? Big no. Meja yang terasa lengket atau berminyak? Big no juga. Demikian pula dengan lantai yang masih menyisakan jejak entah apa itu yang tak bisa didefinisikan.

Hal tersebut bisa membuat pikiran melanglang buana, sedangkan demi bisa tidur yang lelap, peace of mind sangatlah penting.

Hotel bukan rumah sendiri, dan sudah ditempati oleh entah berapa banyak orang sebelumnya. Itulah kenapa saya punya ekspektasi tinggi terhadap kebersihannya. Sprei harus fresh, tidak kusut, dan bersih tanpa noda. Kamar mandi harus kinclong tanpa sisa air atau rambut di sudut-sudutnya, dan semua permukaan, mulai dari meja sampai gagang pintu, harus terasa benar-benar steril.

Bukan rahasia, kebersihan hotel bergantung pada standar housekeeping-nya. Sehingga aku lebih cenderung memilih hotel dengan harga sedikit lebih mahal, karena biasanya mereka punya tim kebersihan yang lebih profesional, lebih teliti, dan lebih passionate dalam menjalankan job desk-nya.

Selain itu, wajib juga untuk memperhatikan review tamu.

I.2. Bisa Sekamar Bertiga (Kalau Punya Dua Anak atau Lebih, Harus Dua Kamar)

Tidur nyenyak saat bepergian itu kebutuhan sekaligus ‘kemewahan’. Karena itu, soal tempat tidur di hotel, non-compromised.

Kalau hanya bertiga: saya, Pak Suami, dan anak; biasanya cukup dengan satu kamar dan tambahan extra bed. Nyaman, masih ada ruang untuk bergerak, dan yang paling penting, semua bisa tidur dengan cukup tanpa harus berdesakan.

Namun jika Mamah punya 2 anak atau lebih, terutama kalau sudah beranjak remaja, satu kamar jelas bukan pilihan. Dalam kondisi seperti ini, memesan dua kamar bukan sekadar gaya-gayaan, tapi kebutuhan.

Meminimalisir pengorbanan kualitas istirahat hanya demi menghemat sedikit biaya itu kurang worth it. Tidur yang berkualitas itu crucial, kalau kurang tidur atau tidurnya gak nyaman, besoknya bisa uring-uringan, lelah, dan gak menikmati perjalanan. Terlebih faktor U menjadi pertimbangan utama; resiko sakit pinggang, encok, pegel linu, nyeri otot, dan kawan-kawannya.

Selain soal kenyamanan, ada juga faktor personal space. Anak-anak butuh ruang buat bergerak, dan Papah Mamah juga butuh waktu untuk benar-benar bisa wind down setelah seharian beraktivitas. Kalau semua dijejalkan dalam satu kamar, instead istirahat, yang ada malah tambah stres.

I.3. Lokasi Strategis

Cliche sih. Tapi yes! Lokasi hotel menjadi faktor penting.

Kalau menginap di perkotaan, sebaiknya Mamah pilih hotel yang bukan cuma sekedar bobo dan mandi. Gunakan momen ini untuk merasakan suasana kota, menikmati energinya, dan benar-benar meresapi vibe liburan.

Lokasi yang dekat dengan tempat-tempat attractive yang bisa dijangkau dengan jalan kaki. Kafe nge-heiitts, pusat beli-beli, taman kota, atau area bersejarah yang menarik untuk dieksplor. Dengan begitu, setiap kali keluar dari hotel, serasa langsung disambut oleh kehidupan kota yang dinamis.

Ada sensasi berbeda ketika bisa berjalan kaki menyusuri trotoar kota, menemukan tempat-tempat unik secara spontan, dan merasakan atmosfer lokal tanpa harus ribet naik public transport. Terasa lebih immersive dan authentic dibanding sekedar transit di hotel tanpa benar-benar menikmati kota yang dikunjungi.

I.4. Estetik dan Instagrammable

Saya bukan tipe yang harus menginap di hotel super aesthetic setiap saat, tapi kalau ada pilihan hotel dengan desain yang keren dan instagramable, why not?

Ketika ada 2 pilihan, yang sama-sama sesuai standar, namun yang satunya lebih visual; tentu saja yang visual pemenangnya!

Bukan hanya soal foto-foto, tapi hotel dengan desain yang unik biasanya menawarkan ambience yang lebih menyenangkan. Interior yang estetis, pencahayaan yang pas, serta pemilihan warna dan furnitur yang selaras bisa bikin suasana betah. Sungguh berasa sesuatu banget kala membuka jendela dan melihat pemandangan yang indah, atau menikmati secangkir kopi di sudut kamar yang didesain dengan apik.

Dan kalau kebetulan hotelnya memang fotogenik? Ya sudah, itu bonus! Bisa sekalian buat konten flexing , mengabadikan momen, dan berbagi pengalaman dengan orang lain.

I.5. Tidak Ada Hewan dan “Jejak-jejaknya” di Dalam Kamar

Saya bukan pembenci binatang, serius. Saya suka melihat burung berkicau di pagi hari, kupu-kupu beterbangan di taman, pun menikmati suasana alam yang penuh kehidupan. Tapi ada satu batasan yang tidak bisa diganggu gugat: saya tidak ingin ada ‘jejak’ mereka di tempatku beristirahat.

Sudah lelah setelah perjalanan jauh, ehh pas masuk kamar hotel malah menemukan pup cicak di lantai atau serangga kecil yang tiba-tiba melintas di meja. Jadi sedikit kecewa, Mah.

Saya bisa menghargai konsep back to nature, asal tidak berbagi ruang tidur dengan penghuni asli alam.

Saya paham, ada hotel-hotel yang mengusung konsep menyatu dengan alam, saya bisa menikmati atmosfernya. Tapi kalau sampai ada hewan liar yang bebas berkeliaran di dalam kamar atau kebersihannya kurang terjaga, ya, maaf, …. mundur teratur.

Wahai para cicak, serangga, dan hewan kecil lainnya, jangan tersinggung ya. Ini bukan tentang kalian kok, ini preferensi aku-nya saja.

I.6. Sarapan yang Khas dan Enak atau Tidak Sama Sekali

Sarapan hotel? Ummm… seringkali kami lewati. Bukan karena dalam rangka intermittent fasting, tapi karena salah satu tujuan utama mudik adalah kulineran!

Mamah tentu tidak mau perut sudah penuh duluan sebelum sempat mencicipi makanan yang sudah masuk wishlist kan.

Ibaratnya, sudah jauh-jauh pulang kampung, tapi malah kenyang duluan sama roti, sosis, dan telur dadar standar hotel? Rasanya rugi. Padahal di luar sana, ada bubur ayam legendaris yang cuma buka pagi, nasi pecel maknyusss, atau lontong sayur yang sedhepp.

Selain itu, menu sarapan hotel sering terlalu safe, dan kurang menggugah selera dalam konteks liburan. Bukan berarti gak enak, tapi kalau liburan ke tempat yang kaya kuliner, sayang banget melewatkannya.

Jadi, kecuali sarapan hotelnya benar-benar luar biasa atau punya menu khas yang jarang ditemui, saya lebih memilih mengosongkan perut di pagi hari dan langsung berburu kuliner yang sudah lama dirindukan.

II. Hotel-Hotel yang Kusinggahi Saat Mudik Beberapa Waktu yang Lalu

Disclaimer dulu ya, Mah! Ini sama sekali bukan iklan lho ya. Saya cuma ingin berbagi pengalaman pribadi secara jujur, termasuk kelebihan dan kekurangannya. Jadi, ini murni review dari POV-ku, tanpa ada maksud promosi apa pun. Semoga bisa jadi referensi yang bermanfaat! 😊

II.1. Pullman Bandung Grand Central

Pullman Bandung Grand Central adalah pilihan favorit kami saat berkunjung ke Bandung. Lokasinya sangat strategis, tepat di pusat kota, memudahkan akses ke berbagai destinasi menarik.

Kamar-kamarnya bersih dengan desain modern. Tidak bising meskipun berada di tengah keramaian kota. Pelayanan stafnya juga patut diacungi jempol, selalu ramah dan siap membantu.

Dari hotel, Mamah bisa jalan kaki ke Gedung Sate dan Gasibu yang tinggal nyebrang. Ke Cisangkuy dan taman kota juga tinggal sat set. Ke arah kanan, kanan lagi, lalu kanan lagi, bertemu dengan kedai hidden gem Bubur Mang Oyo. Tak ketinggalan, banyak factory outlet di sekitarnya.

Rate: 4.7 out of 5.0

II.2. Yogyakarta Marriot Hotel

Yogyakarta Marriott Hotel memenuhi ekspektasi dalam hal kenyamanan. Kamar-kamarnya dirancang dengan intuitif dan terjaga kebersihannya, sehingga bisa beristirahat optimal.

A view from our room berupa rumah penduduk sekitar yang setiap pagi, masih terdengar suara ayam berkokok. (Dokumen pribadi)

Lokasinya terhubung langsung dengan Pakuwon Mall Jogja. Mamah tidak perlu bingung cari makanan, jajanan, hingga segala bentuk kebutuhan dan keinginan.

Meskipun begitu, saya tetap memanfaatkan GoFood untuk menikmati gudeg rekomendasi teman-teman. Rada jauh soalnya.

Rate: 4.8 out of 5.0

II.3. Villa Borobudur Resort

Villa Borobudur Resort menawarkan konsep dekat dengan alam, dan terletak di dekat Candi Borobudur. Desain dan interiornya sangat indah, elok, mempesona. The epitome of Javanese heritage.

Sayangnya, selama menginap, saya menemui beberapa hal yang mengganggu. Pada malam hari, suasananya… merinding. (Ini subjektif banget ya…ehehe). Selain itu, saya menemukan debu di bawah meja dan pup cicak di lantai.

Di waktu-waktu sholat, terdengar adzan yang kurang hikmat, karena bersahut-sahutan kencang dari kampung-kampung sekitar dengan menggunakan speaker yang tidak jernih. Buat saya pribadi, tidak masalah, namun bagi Mamah yang mencari serenity all out, mungkin perlu mempertimbangkannya.

Rate: 4.3 out of 5.0

II.4. Susan Spa Resort Semarang

Susan Spa Resort adalah pilihan menarik buat Mamah yang mencari kesejukan nan menenangkan. Lokasinya di daerah dataran tinggi, udaranya segar, ditambah pemandangan indah yang bisa dinikmati setelah perjalanan panjang melewati jalanan berkelok.

Salah satu daya tarik utama resort ini adalah white chapel-nya, yang sering digunakan untuk pernikahan. Jadi, jangan heran kalau suasana di sini terasa romantis dan elegan. Bangunan hotelnya sendiri lebih homey dibanding hotel biasa; lebih seperti rumah mewah yang disulap jadi tempat menginap.

Tapi… ada satu hal yang agak laen. Desain kamar yang kutempati agak aneh. Ada wastafel yang posisinya justru di meja kerja, tempat yang idealnya dipakai buat naro laptop atau kerja santai. Entah kenapa demikian, mungkin feng shui-nya kurang diperhatikan.

Ukuran kamarnya pun lebih kecil dari ekspektasiku. Ini salahku juga, terlalu percaya dengan foto di Agoda yang ternyata pakai wide angle, bikin ruangannya terlihat lebih luas dari kenyataan.

Rate: 4.3 out of 5.0

III. Agoda: Apakah Worth It?

(Lagi-lagi) kuingin disclaimer dulu ya Mah, bahwa review ini murni berdasarkan pengalaman pribadiku, karena sejauh ini saya hanya menggunakan Agoda dan belum pernah mencoba aplikasi lain sejenis.

***

Kami memang sering pesan hotel lewat aplikasi Agoda, tapi setelah beberapa pengalaman, saya jadi ngeh kalau benefit-nya tidak terlalu terasa.

  1. Kadang di Agoda stoknya habis, tapi kalau datang langsung atau cek website resmi hotel, ternyata masih ada.
  2. Agoda sering kasih diskon besar-besaran, tapi setelah dicek, ternyata harganya memang segitu dari awal. Bahkan, kadang lebih murah kalau pesan di website hotelnya langsung.

Jadi, buatku Agoda itu memudahkan, tapi bukan jaminan harga terbaik. Kalau Mamah mau cari best deal, cek dulu website hotelnya sebelum klik di Agoda.

IV. Kesimpulan

Definisi mudik rasa staycation itu seni meresapi setiap momen dengan cara yang bikin hati tentrem. Hotel adalah bagian pentingnya.

Jadi, bagi Mamah yang lagi cari hotel buat mudik:

  • Jangan ragu pilih hotel yang lebih mahal kalau memang butuh kenyamanan dan kebersihan ekstra.
  • Selalu cek harga di website hotel sebelum booking di Agoda.
  • Jangan 100% percaya dengan foto di Agoda, terutama kalau kelihatan terlalu luas.
  • Perhatikan layout kamar, karena desain yang aneh bisa mengganggu kenyamanan.
  • Kalau nature vibes bukan buat Mamah, hindari vila yang terlalu dekat dengan alam.

Mudik itu harusnya healing, bukan stressing. Jadi, pilih hotel yang bikin tidur nyenyak karena tidur yang berkualitas adalah koentji.

***

Btw, bulan ini ada rencana mudik, Mah? Mau merayakan lebaran di kampung halaman atau tetap di perantauan, semua pasti tetap menyenangkan. Semoga semua urusan dimudahkan dan perjalanannya (kalau ada) lancar jaya ya, Mah!🥰🤲🏻

***

***

***

Sri Nurilla
Sri Nurilla

Wanita Indonesia

Articles: 53

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *