Lima tahun sekali, Indonesia mengadakan pesta demokrasi. Semua warga negara Indonesia, di manapun mereka berada, berhak memilih pemimpin negara dan anggota legislatif. Sebagai diaspora yang tinggal di Chicago, Amerika Serikat, saya tidak mau ketinggalan dalam mengikuti pemilu 2024 di luar negeri.
Jujur, saya malah merasa lebih excited dalam mengikuti pemilu ini. Banyak perbedaan mengikuti pemilu di Indonesia dan di luar negeri. Mulai dari waktu dan tempat pelaksanaan, suasana TPS, hingga kenyamanan yang dirasakan ketika memilih. Psst … Kami dapat goodie bag juga waktu nyoblos, lho!
Pindah DPT ke Luar Negeri
Beberapa bulan yang lalu, sebuah Google Form disebar ke komunitas-komunitas warga negara Indonesia yang tinggal di wilayah Chicago. Kami diminta mengisi data diri dan menentukan apakah akan hadir ke TPS atau meminta surat suara dikirim ke rumah. Kami memilih datang langsung ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang berlokasi di KJRI Chicago.
Informasi perpindahan Daftar Pemilih Tetap (DPT) ini selain disebar di grup WhatsApp, juga disosialisasikan dalam berbagai kegiatan, salah satunya acara pengajian. Di sana, panitia pemilu diberi waktu khusus untuk menyampaikan cara pindah tempat mencoblos serta disediakan flyer dan poster.
Sekitar akhir Bulan Desember, saya menerima surat pemberitahuan waktu dan tempat pemungutan suara. Di dalam surat itu dijelaskan dokumen apa saja yang harus dibawa, cara mencoblos, dan jenis surat suara apa yang akan saya terima. Di sini, kami akan mencoblos pasangan calon presiden & wakil presiden serta calon anggota DPR RI – DKI Jakarta II (Jakarta Pusat & Jakarta Selatan).
Setelah menerima surat, saya coba cek di situs DPT online. Saya masukkan nomor paspor maupun KTP, ternyata saya tidak terdaftar di DPT manapun (di Indonesia maupun di luar negeri). Tidak masalah. Dari sosialisasi panitia pemilu disebutkan bahwa WNI yang belum terdaftar DPT di manapun dan sedang tinggal di luar negeri tetap bisa memilih di TPS pada sore hari dengan menunjukkan KTP dan paspor.
Hari Pemilu di Chicago
Pemilu dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 10 Februari 2024, pukul 7:30 pagi hingga 5:30 sore waktu setempat. Lokasinya di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Chicago. Agenda pemilu dimulai dengan serangkaian kegiatan panitia dalam mempersiapkan pemilu kemudian dilanjutkan dengan pencoblosan mulai pukul 9:30.
Panitia sudah membagi waktu pencoblosan dalam tiga kloter sesuai dengan huruf pertama nama pemilih. Nah, nama saya sebetulnya masuk ke kloter B yang seharusnya datang di antara pukul 12:00 sampai 2:30 sore. Namun, suami masih sibuk dengan kerjaan risetnya. Jadi, saya, suami beserta kedua anak, baru berangkat sekitar 3:30 sore.
Gedung KJRI berlokasi di sekitar downtown (pusat kota) Chicago. Karena lokasinya itulah, sulit bagi kami untuk menemukan tempat parkir mobil gratis. Syukurlah, panitia pemilu sudah mengantisipasi kesulitan ini dengan menyewa lahan parkir di sekitar gedung dan menggratiskannya bagi para pemilih.
Kami sampai di KJRI sekitar pukul 4:00 sore. Sebelum masuk ke dalam gedung, kami sudah disapa oleh panitia pemilu yang kami kenal baik. Masuk ke dalam, di meja penerima tamu, panitia memberi kami goodie bag berisi pulpen, pin, masker batik, dan mie dalam cup. Bahkan, seandainya kami datang lebih awal, kami bakal dapat snack box berisi jajanan pasar, seperti yang saya lihat dari Instagram Story teman-teman kami.
Saya dan suami diminta “mengantri” sebelum melakukan registrasi. Pasalnya, ini lebih mirip berdiri sebentar sambil ngobrol ngalor-ngidul sama panitia, yang masih teman kami juga. Ada untungnya kami datang sore begini karena waktu pagi antriannya sempat panjang.
Satu-satu, saya dan suami duduk di meja registrasi yang juga dilayani oleh teman kami. Ini tuh rasanya kayak lagi datang ke event kampus yang panitianya teman sendiri wkwkwk.
Ternyata, surat pemberitahuan yang kami terima di kotak pos itu menunjukkan kalau kami masuk ke DPT di KJRI Chicago. Jadi, proses registrasi kami tergolong cepat.
Setelah itu, kami diminta duduk di ruang tunggu. Di sana disediakan berbagai minuman dan mie dalam cup yang sayangnya tinggal satu. Di ruang tunggu itu terdapat dua layar yang menunjukkan nama pemilih yang sudah registrasi dan nama pemilih yang dipanggil ke ruang pencoblosan.
Waktu nama saya dan suami dipanggil, saya minta anak-anak menunggu di ruang tunggu saat kami masuk ke ruang pencoblosan. Panitia meminta kami menyerahkan tas dan ponsel. Kami juga bisa menggantungkan jaket di rak yang disediakan.
Saya menuju meja penyerahan surat suara. Kemudian saya mengisi daftar hadir dan mendapat dua surat suara. Sebelum menuju bilik pencoblosan, panitia meminta saya mengecek surat suara. Lalu, saya berjalan menuju bilik pencoblosan.
Selesai mencoblos, saya memasukkan surat suara ke kotak yang terbuat dari plastik transparan. Kemudian saya berjalan menuju meja pencelupan tinta.
Setelah itu, saya dan suami mau kembali ke ruang tunggu untuk menjemput anak-anak. Ternyata kami tidak bisa langsung masuk ke ruang sebelahnya. Kami diminta keluar gedung dulu baru masuk ke ruang tunggu lagi.
Perbedaan Pemilu di Indonesia dan di Luar Negeri
Ini pengalaman pertama saya mencoblos di luar negeri juga pengalaman kedua saya mencoblos seumur hidup. Maklum, dulu orang tua saya penganut aliran golput. Jadi, saya baru pernah mencoblos satu kali di Indonesia.
Dari dua pengalaman itu, saya sudah bisa melihat banyak perbedaan mencoblos di Indonesia dan di luar negeri, baik soal waktu, tempat, maupun atmosfernya.
Perbedaan Waktu Pemilu
Pemilu di luar negeri memang dilaksanakan lebih awal dibanding di dalam negeri. Waktunya pun tidak serentak. Ada beberapa negara bagian di Amerika Serikat yang menggelar pemilu lebih cepat dibanding pemilu di KJRI Chicago.
Perbedaan Tempat Pemilu
Tidak setiap negara bagian di Amerika Serikat menyediakan TPS. TPS di KJRI Chicago bahkan melayani pemilih dari 13 negara bagian, sesuai dengan wilayah kerja KJRI. Ada KJRI di negara bagian lain yang menyediakan TPS keliling atau TPS di beberapa tempat. Hal ini disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan kebijakan masing-masing KJRI.
Waktu mencoblos, saya sempat terheran-heran melihat daftar nama pemilih di layar ruang tunggu. Ada beberapa pemilih yang datang ke TPS padahal asal daerahnya jauh dari Chicago. Bisa lebih dari empat jam perjalanan mobil (hampir 500 km jaraknya). Mungkin nyoblos sekalian jalan-jalan.
Jadi, secara lokasi, TPS di sini memang tidak aksesibel untuk semua WNI yang memiliki hak pilih. Kalau situasi dan kondisi tidak memungkinkan, berarti lebih baik mencoblos via pos saja.
Bagi saya, TPS di KJRI Chicago itu standarnya nyaman apalagi jika dibandingkan dengan TPS di Indonesia. Gedung yang digunakan untuk kegiatan pemilu adalah gedung yang sama untuk melayani urusan paspor hingga mengadakan jamuan makan untuk orang penting dari Indonesia.
Gedung ini cukup untuk menampung dua ratusan tamu. Ada ruangan khusus di basement untuk menggantungkan jaket. Lantai gedung ini dilapisi karpet. Ruangannya terasa hangat di musim dingin. Kursi-kursinya juga empuk. Ditambah lagi, banyak pajangan patung dan lukisan khas Indonesia. Betah deh di dalam gedung.
Perbedaan Atmosfer Pemilu di Luar Negeri
Bagi kami, suasana pemilu di sini sama seperti suasana silaturahim keluarga besar orang Indonesia. Selain suasana gedung yang bisa mengobati rasa rindu dengan kampung halaman, bertemu banyak orang Indonesia juga menjadi satu momen yang kami tunggu. Kami berbincang dengan teman serta sesepuh yang sudah kami anggap seperti orang tua sendiri. Lalu, kami bisa menikmati suguhan jajanan pasar dan mie. Yang terpenting, tidak ada omongan julid karena beda pilihan meskipun pemilih di sini hampir terbagi ke tiga-pasangan-calon dengan sama rata!
Data di atas valid lho, ya karena suami saya jadi saksi wkwkwk.
Keikutsertaan dalam Kegiatan Pemilu
Suami sebetulnya bukan orang yang suka berpartisipasi dalam kegiatan pemilu. Sepertinya, ini pertama kalinya ia mencoblos seumur hidupnya.
Menariknya, karena suami termasuk orang yang senang bersosialisasi, ia kenal dengan beberapa orang tua di sini yang ternyata orang partai politik. Beberapa waktu lalu, suami diminta oleh kenalan kami untuk menjadi saksi dari paslon 01 dan PKS. Suami menyetujui saja dengan alasan sungkan menolak permintaan orang tua yang sudah begitu baik kepada kami.
Suami juga diminta tolong mencari orang lain yang bersedia menjadi saksi. Singkat cerita, dapatlah tiga orang lagi yang siap jadi saksi. Salah satunya bahkan sempat bertanya kepada suami, “Jadi saksi gini bukan berarti aku harus milih 01 kan, ya?” hahaha.
Masuk akal kan kalau saya bilang meskipun pilihan setiap orang di sini beda-beda, kami tidak bakal saling sindir? Pasalnya, pilihan dalam pemilu itu bukan sesuatu yang harus diributkan⎯anggap saja seperti pilihan menganut agama apa. Kami lebih menghargai kebersamaan dengan sesama orang Indonesia yang lebih mahal harganya dibanding nyalah-nyalahin pilihan teman.
Sebagai saksi, suami hadir di penghitungan suara pada hari Rabu, 14 Februari 2024 sejak jam 9 pagi di KJRI. Di sana, suami menonton panitia membuka setiap kertas suara dan membacakan hasil toblosannya. Tugas suami hanya berteriak “Sah!” ditambah menikmati berbagai suguhan makanan Indonesia sampai kekenyangan!
Penutup
Bagi saya, pemilu di luar negeri terasa lebih “rileks” dibandingkan di Indonesia. Suasana pemilu di sini lebih mirip halal bihalal: silaturahim dengan banyak orang di tempat yang nyaman dan disuguhi makanan. Inilah yang membuat saya merasa pengalaman mengikuti pemilu 2024 di luar negeri sangat menyenangkan!
[…] MGN pertama di tahun 2024 dengan Mamah Host Sari yang waktunya bersamaan dengan pesta demokrasi Pemilu, sudah terlewati dengan fully content. Alhamdulillah puji syukur padaNya. Ada 15 Mamah yang finish […]
[…] rumah, masakan restoran, masakan nusantara, masakan luar negeri, masakan tradisional, masakan fusion, masakan modern, SEMUA bisa diceritakan di tema ini, asal ikut […]