Romansa dan dunia Matematika, menurut saya rasanya seperti dua dunia yang bertolak belakang. Seperti yang kita tahu, romansa biasanya penuh hasrat dan cinta. Sementara Matematika disetarakan dengan logika dan rumus. Ternyata di film The Man Who Knew Infinity (2015), keduanya bisa berjalan bersama.
Film biopik yang diadaptasi dari buku Robert Kanigel ini patut ditonton buat mamah yang ingin tahu tentang dunia eksak, atau ingin menonton film yang ‘berisi’. Ya, karena film ini bercerita tentang Srinivasa Ramanujan, ahli Matematika dari India yang berkontribusi di antaranya teori bilangan dan barisan tak hingga.
Sinopsis
Ramanujan bukan pemuda biasa. Dia sangat larut dalam dunia matematika, dan kemampuan berhitungnya di atas rata-rata. Tapi dia tidak punya ijazah atau pun pengalaman kerja.
Setelah berulang kali ditolak, Ramanujan mendapatkan pekerjaan sebagai clerk. Lambat laun, atasannya pun menyadari bakat Ramanujan. Mereka mengirimkan hasil temuan Ramanujan ke kampus Cambridge.
Ramanujan lalu diberangkatkan ke Inggris, meninggalkan istri yang baru dinikahinya dan Ibunya, juga kepercayaan bahwa meninggalkan daratan India bisa bernasib buruk.
Di Inggris, tepatnya di Cambridge, dia bertemu dengan Hardy (Jeremy Irons), profesor yang bekerja membantu temuannya diakui. Meski sudah sampai di kampus itu, tidak mudah bagi Ramanujan agar pekerjaannya dianggap.
Menurut Hardy dia harus melakukan berbagai pembuktian dari temuannya dan mengikuti serangkaian kuliah. Hal ini menguji kesabaran dan kerja keras Ramanujan.
“Don’t you see? An equation has no meaning to me… unless it expresses a thought of God.”
Ramanujan
Perbedaan budaya dan kepercayaan juga membuat Hardy dan Ramanujan sering tidak sependapat. Belum lagi nyinyiran petinggi lain di kampus kepada Ramanujan.
Keadaan semakin tidak nyaman bagi Ramanujan karena ia jauh dari istri dan hanya bisa berkomunikasi dengan surat. Lalu, kesuksesan terasa semakin mustahil ketika perang melanda.
Ulasan
Saya jadi melihat sosok penemu dengan kacamata lain dari para kutubuku yang yah…dunianya sering terasa tidak menarik buat saya. Seperti penjelasan Ramanujan pada istrinya, Matematika terlihat indah dari pola dan penampakannya. Ternyata Matematika secantik itu, di mata para jenius.
Yang saya juga suka dari film ini adalah kisah Ramanujan dengan istrinya, yang boleh dibilang jadi pemanis film ini. Karena saya juga seorang istri, jadi saya merasakan dedikasi tulus si istri (aihhh) yang rela LDM (long distance marriage) sama suami padahal baru saja menikah.
Yang juga menarik dari film The Man Who Knew Infinity adalah persandingan dua karakter Ramanujan dengan Hardy dari sisi kepercayaan atau spiritual. Ramanujan percaya dengan keberadaan Tuhan, sementara Hardy adalah seorang atheist. Dari akarnya ini, tentu beda cara seseorang memandang dan menyikapi masalah.
Ada beberapa poin di bagian belakang cerita yang rasanya minim eksekusi dan cerita, entah kurang informasi atau ingin setia dengan kisah yang sebenarnya.
Perbedaan Film dengan Kisah Nyata
Yang juga menarik adalah beda kisah nyata dengan adaptasinya ke film. Karena biasanya ada sedikit-sedikit atau justru banyak ‘polesan’ demi film menjadi ‘lebih menarik’ atau ‘lebih laku’.
Yang paling terlihat adalah fisik Dev Patel dengan Ramanujan asli, terlihat berbeda karena Ramanujan di foto terlihat lebih berisi dengan wajah melebar. Sementara Dev Patel tinggi dan bentuk wajahnya tirus. Dev Patel juga menang mutlak sih sebagai bintang India memerankan karakter orang India. Ya dia lagi, dia lagi.
Ternyata, naskah awalnya ada twist Ramanujan memiliki affair dengan perawat di Inggris. Karena menolak plot ini, kisah Ramanujan harus menunggu bisa difilmkan 10 tahun kemudian. Kali ini, cerita harusnya lebih akurat karena penulis memoir Ramanujan digandeng untuk membuat film.
Menurut pengamat, umur istri Ramanujan juga jauh lebih muda dari yang di-portray di film. Adaptasi ini dapat dimaklumi, karena takutnya penonton jadi salfok sama underage marriage.
Masih ada poin-poin lain dalam film yang buat saya penasaran, apa benar terjadi atau cuma buat film jadi seru? Mungkin saya harus baca kisah nyata Ramanujan.
Kesimpulan
Secara umum, saya menikmati film ini, terlepas dari klimaks yang sepertinya bisa lebih ‘dikelamkan’ atau dramatis lagi. Mungkin juga saya terlalu banyak nonton film drama, padahal ini kan film biopik seorang ilmuwan.
Saya selalu suka akting Dev Patel, sejak melihat dari film Slumdog Millionaire. Entah apa di film ini adalah performa maksimalnya, tapi Patel selalu berakting wajar dan total dalam karakternya.
Saya pun suka chemistry-nya dengan aktris Devika Bhise yang menjadi istrinya. Saya nggak pernah lihat Patel jadi romantis, walau cuma setitik di film ini.
Mungkin, cukup sulit menerjemahkan memoir ke naskah film. Tidak bisa terlalu belok, terlalu lurus pun rasanya datar.
Tak disangka, film tentang subjek yang eksak bisa penuh passion. Saya jadi memandang Matematika dengan warna berbeda.
Tertarik atau sudah menonton film ini? Bagaimana pendapatmu?
Detil Film
Sutradara | Matthew Brown |
---|---|
Produser | Edward R. Pressman Jim Young Joe Thomas Mark Montgomery (Executive Producer) |
Penulis skenario | Matthew Brown |
Didasarkan dari | The Man Who Knew Infinity oleh Robert Kanigel |
Pemeran | Dev Patel Jeremy Irons Devika Bhise Toby Jones Stephen Fry Jeremy Northam Kevin McNally Enzo Cilenti |
Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/The_Man_Who_Knew_Infinity_%28film%29?wprov=sfla1
Ini bisa ditonton di mana ya? jadi pengen nonton setelah membaca tulisannya
Saya nonton di mola TV 🙂
jadi belajar cara menulis review film he3 …
Alhamdulillah, semoga membantu teh
[…] misalnya menonton Film The Man Who Knew Infinity (2015), siapa tahu jadi termotivasi untuk lebih rajin mempelajari teori matematika dan menemukan teori […]