Mengusung tema “Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas”, Hari Gizi Nasional ke-62 mengingatkan kita bahwa masalah gizi anak di Indonesia tidak hanya stunting dan gizi buruk melainkan juga obesitas. Melansir dari informasi yang diberikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesai (IDAI), sekitar 10% anak di kota besar di Indonesia mengalami obesitas. Lalu, apa saja yang penting diketahui oleh orangtua seputar obesitas pada anak?
Faktor Risiko Obesitas Pada Anak
Faktor risiko obesitas pada anak sangat sering kita temukan di kehidupan sehari-hari. Menurut pakar gizi, Rita Ramayulis, dalam bukunya “Atasi Obesitas pada Anak dengan Diet REST” ada tiga faktor risiko utama obesitas pada anak, yaitu
- Faktor Genetik dan Gaya Hidup
Faktor genetik adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari namun gaya hidup yang tidak sehat bisa menjadi faktor pendukung terjadinya obesitas pada anak. Gaya hidup yang kurang baik ditularkan oleh orangtua kepada anak melalui aktifitas sehari-hari. - Kebiasaan Makan
Faktor risiko berikutnya adalah kebiasaan makan yang kurang sehat. Di era saat ini, di mana para pengusaha makanan berlomba menjual dan menyajikan makanan yang sangat nikmat bagi lidah, apakah orangtua menggali lebih dalam apa dampak negatif dari makanan-makanan siap saji, makanan olahan, makanan berlemak dan bergula berlebihan bagi anak-anak kita?
Tidak hanya menyebabkan kerusakan gigi, jenis makanan yang disebutkan di atas pada anak juga bisa menyebabkan penyakit ketika anak sudah besar seperti diabetes melitus, gangguan pembuluh darah bahkan jantung koroner. - Penurunan Aktivitas Fisik
Selayaknya, anak memiliki aktifitas yang cukup sesuai dengan usianya. Aktifitas fisik tidak hanya bermanfaat untuk stimulasi perkembangan tetapi juga untuk melindungi anak-anak dari obesitas.
Menyusui sebagai Langkah Awal Pencegahan Obesitas
Banyak yang tidak menyangka bahwa menyusui bisa mencari cara pertama melindungi anak dari obesitas.
Breastfeeding has been found to generally reduce a child’s current and future risk of overweight and obesity.
unicef.org.uk
Berbeda dengan susu formula, air susu ibu (ASI) memiliki kandungan yang sangat sesuai dengan kebutuhan bayi terlebih pada 6 bulan pertama kehidupannya. ASI mengandung zat yang mudah dicerna dan diolah oleh pencernaan bayi sehingga bisa mencegah kenaikan insulin. Selain itu, ASI mengandung hormon dan berbagai komponen biologis yang terlibat dalam regulasi makanan dan keseimbangan energi.
Secara psikologis, menyusui secara langsung (direct breastfeeding) membantu anak meregulasi dirinya ketika lapar dan kenyang. Memberikan kesempatan anak untuk menyusui secara langsung dan orangtua untuk active responsive dapat menjadi langkah awal untuk anak meregulasi darinya terhadap makanan.
Penuhi Variasi Makanan untuk Anak dan Batasi Konsumsi Gula
Sama seperti dewasa, anak juga sebaiknya makan dengan porsi dan variasi makanan yang sesuai dengan kebutuhan di usianya. Anak sebaiknya makan sebanyak 3 kali sehari dengan variasi menu seimbang yang mengandung karbohidrat, lauk-pauk dan variasi sayuran. Selain itu, orangtua harus membatasi konsumsi minuman manis, konsumsi jus dan susu yang berlebihan.
Lakukan Aktivitas Rutin untuk Anak
Selain menyehatkan, aktivitas fisik juga bisa membantu menstimulasi motorik kasar pada anak. Lakukan aktivitas fisik secara rutin seperti berjalan kaki, berenang atau aktivitas bermain lainnya. Jauhkan anak dari gawai agar ia senantiasa bergerak.
Itulah tadi beberapa hal yang sebaiknya orangtua ketahui tentang Obesitas pada Anak. Semoga anak-anak Indonesia menjadi anak-anak yang sehat. Selamat Hari Gizi Nasional.
(Disunting oleh : Risna)