Tahun 2022 ini khususnya, saya mempraktekkan dan mulai melakukan homeschooling pada anak saya. Jujur saja, mempraktekkannya bukan berarti saya paham dan khatam tentang HS. Malah hingga sekarang saya mencari berbagai referensi dan sumber untuk menjadi homeschooler yang baik.
Namun mencari referensi untuk homeschooling yang sesuai dengan visi misi saya dan keluarga kadang bagai mencari jarum dalam tumpukan jerami. Karena setiap keluarga masing-masing memiliki perbedaan nilai dan tujuan, juga perihal pendidikan.
Disinilah saya ‘menemukan’ sosok Ibu DK Wardhani yang menulis buku Homeschooling bersama suaminya, Ario Nugroho. Insya Allah kali ini saya akan menulis mengenai buku ini.
Sedikit Tentang Penulis
Awalnya saya melihat akun instagram penulis buku dan alumni arsitektur ITB DK Wardhani melalui referensi Mamah Gajah lain. Disitu saya melihat dari feed-nya bahwa ia telah mempraktekkan homeschooling dan cukup baik dalam menerangkan dasar-dasar homeschooling. Sepertinya visi misi Ibu DK cukup sesuai dengan praktek HS di keluarga saya, maka saya menganggap Ibu DK sebagai narasumber yang pas.
Berlanjut ke melihat Ibu DK Wardhani hadir sebagai narasumber di kanal Youtube ITBMHTV membahas Frequently Asked Question Homeschooling. Disana ia pun mempromosikan bukunya, Homeschooling. Selang beberapa bulan kemudian saya rampung membacanya dan akan mengulasnya disini.
Ibu DK Wardhani juga penggiat zero waste dan sangat mempedulikan perihal sampah dan pembuangannya demi lingkungan yang lebih sehat. Ia juga telah menulis puluhan buku craft dan tema lingkungan.
Isi Buku Homeschooling Oleh DK Wardhani dan Ario Nugroho
Sesuai dengan tagline buku Homeschooling, isinya mengenai pengalaman inspiratif menjadi pendidik utama berbasis keluarga. Tagline lainnya adalah rekam jejak perjalanan pendidikan di rumah. Isinya memang kurang lebih seperti tagline-tagline ini.
Buku diawali dengan membahas basic mengenai pendidikan dan hakikatnya. Kemudian mengenai pendidikan di rumah dari niat, langkah awal dan alasan melakukan homeschooling, juga posisi Ayah di rumah. Bab berikutnya adalah mengenai homeschooling sebagai alternatif belajar, dimana lebih detil membahas mengenai seluk beluk HS dari memulai, memililh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), perencanaan keuangan dan legalitas.
Tak lupa ada bab mengenai kurikulum, juga pencapaian target, bab khusus untuk ‘Laut yang tak tenang’ dan evaluasi mengenai Homeschooling.
Di buku ini pula Ibu DK Wardhani menjabarkan proses dirinya menjadi homeschooler. Yang awalnya ia masih sebagai Ibu bekerja sebagai dosen dan anak kembarnya bersekolah di sekolah formal, hingga berhenti dan fokus melakukan homeschooling.
Ulasan Buku Homeschooling
Membaca buku ini awalnya membuat saya ingat kembali kenapa pendidikan itu penting. Tulisan Ibu DK mengingatkan saya hakikat belajar adalah menggunakan otak yang sudah diberikan oleh-Nya sebagai khalifah di bumi dan untuk menebar kebaikan. Manusia yang berilmu akan ditinggikan derajatnya dan mendapat petunjuk dalam menggali dan mengetahui kebenaran.
Beberapa bagian bab di buku ini menyertakan rujukan ayat Al Qur’an dan hadis sehingga menguatkan poin yang disampaikan penulis. Sehingga sebagai muslim tidak ada celah untuk membantah poin yang diutarakan.
Bagian yang membuat saya tersentuh adalah proses Ibu DK Wardhani ingin menjadi Ibu yang menerapkan homeschooling hingga ingin resign dari pekerjaannya sebagai dosen. Proses menunggu pengajuannya untuk resign saja memakan waktu 2 tahun lamanya dan selama ini Ibu DK harus bersabar hingga waktu yang ditentukan. Rasanya menjadi ‘tamparan’ untuk saya yang cukup mudah dalam memulai HS tanpa terkendala pekerjaan tetap.
Di lain bab, ada bahasan mengenai kurikulum dan perencanaan keuangan yang sebenarnya sudah cukup saya ketahui sebelumnya. Semuanya itu relatif karena dalam mendidik setiap keluarga memiliki perbedaan karakter, nilai dan visi misi.
Namun yang berbeda adalah anak-anak Ibu DK Wardhani dan Ario Nugraha sempat mencoba sekolah formal. Sehingga anak-anaknya dapat menilai juga perbedaannya dengan homeschooling. Kisah kedua anak inipun inspiratif karena meski belajar di rumah, keduanya memiliki prestasi sendiri.
Secara umum, buku Homeschooling ini menjawab beberapa pertanyaan saya mengenai praktek homeschooling. Di lain waktu, rasanya cerita HS keluarga Ibu DK Wardhani ini cukup mengintimidasi saya. Karena merasa belum pede sejujurnya menerapkan HS. Sementara menurut Ibu DK, orangtua haruslah menjadi tauladan terlebih dahulu agar anak meniru dan menerapkan.
Dengan background sebagai pendidik, membuat buku ini ditulis Ibu DK Wardhani dengan gaya lugas dan memiliki basis pondasi kuat dari agama dan nilai kekeluargaan. Cukup berbeda dengan buku Homeschooling with Love yang juga pernah saya baca.
Saya menyarankan buku ini jika seorang homeschooler membutuhkan reminder sebagai educator di rumah dengan memakai nilai islami yang seharusnya.
Apa Mamah sudah tahu tentang DK Wardhani dan buku ini? Share pendapatnya ya.
Kalau dari pengalaman yang juga homeschool, sebelum memulai harus menentukan alasan kenapa kita memilih homeschooling. Komunitas dan belajar dari yang sudah lebih dulu juga diperlukan, tapi kita bisa mengadopsi yang memang sesuai dengan value keluarga kita. Buay yang mengirim anak ke sekolah juga perlu belajar tentang homeschooling. Semangat terus mah mendidik anak di rumah!
Makasih ulasannya Teh Andin, saya jga kepikiran pengen anak homeschooling setidaknya untuk pendidikan usia dini, tapi juga sama problemnya sama Teh Andin, enggak pede, udah gitu saya juga suka bingung harus mulai darimana.
Di buku ini apakah dijelaskan secara detail ‘how to’ homeschooling, Teh?