Halo Mamah semua, tidak terasa kita sudah sampai di penghujung bulan September 2021. Menurut Google, 29 September adalah Hari Sarjana Nasional loh, Mah. Sayangnya tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai hari tersebut. Baik asal muasalnya maupun aktivitas yang dilakukan untuk merayakannya. Hanya ada sedikit penjelasan bahwa hari tersebut diperuntukkan untuk memberikan apresiasi kepada para sarjana yang telah berhasil mencapai gelarnya.
Sejarah sarjana di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19. Ditandai dengan keberhasilan Raden Mas Panji Sosrokartono, yang merupakan kakak kandung dari Raden Ajeng Kartini, menjadi pribumi pertama yang mendapatkan gelar sarjana sastra dari Universitas Leiden Belanda.
Jejaknya kemudian diikuti oleh berbagai tokoh bangsa lainnya, termasuk Ir. Soekarno yang memperoleh gelar sarjana dari Technische Hoogesch te Bandoeng dan Mohammad Hatta yang menyelesaikan pendidikan tingginya di Nederland Handelshogeschool (Universitas Erasmus Rotterdam Belanda). Pendidikan tinggi yang dienyam oleh para pahlawan proklamator Indonesia tersebut digadang sebagai salah satu kunci keberhasilan keduanya memimpin perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pemuda pemudi dengan pendidikan tinggi memang dianggap memiliki peranan penting di masyarakat. Tak jarang mereka dijadikan sebagai panutan, agen perubahan, atau pemimpin. Anggapan ini bukan serta merta karena gelar yang melekat ya Mah, tapi lebih kepada ilmu, wawasan, dan pola pikir yang terbentuk di bangku kuliah. Hal – hal inilah yang diharapkan membuat lulusan perguruan tinggi bisa berkontribusi lebih kepada masyarakat.
Belajar di perguruan tinggi memang bukan hanya tentang memperoleh ilmu melalui pembelajaran di kelas, melainkan juga tentang semua pengalaman yang diperoleh di luar kelas. Buat saya pribadi, empat tahun yang saya habiskan di perguruan tinggi memberikan banyak sekali pelajaran berharga. Pelajaran tentang kehidupan yang tidak saya peroleh di bangku sekolah sebelumnya. Sesungguhnya hal – hal yang saya pelajari tersebut masih relevan untuk saya hingga sekarang. Walaupun sudah 13 tahun saya meninggalkan bangku perkuliahan sarjana. Berikut ini saya bagikan 5 d iantaranya ya, Mah. Semoga bermanfaat π
Tentang Kebebasan dan Tanggung Jawab
Masa kuliah bisa dibilang adalah masa hidup yang paling bebas. Secara umur sudah cukup dewasa untuk melakukan berbagai macam hal akan tetapi dari berbagai sisi, terutama sisi finansial, kebanyakan masih disokong orang tua dan belum terbebani cicilan beban hidup orang dewasa. Untuk menjalani kuliah kebanyakan mahasiswa tinggal jauh dari orang tua dan keluarga. Pertama kalinya dalam hidup mengalami yang namanya kebebasan. Bebas untuk pergi kemanapun, bergaul dengan siapapun, dan bahkan melakukan apa saja. Tetapi tentu saja, sebagai individu yang beradab, kebebasan yang diperoleh tidak boleh sampai kebablasan. Harus ada batasan supaya kebebasan tersebut tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Salah satu cara untuk membatasi kebebasan adalah dengan belajar bertanggung jawab.
Pelajaran hidup pertama yang didapat saat kuliah adalah mengenai tanggung jawab. Terutama tanggung jawab atas diri sendiri. Karena tentu saja orang tua dan keluarga mungkin tidak selalu ada untuk membantu. Bentuk tanggung jawab atas diri sendiri sebagai mahasiswa antara lain tanggung jawab terhadap perilaku, performa belajar, serta kesehatan diri sendiri, termasuk mencari bantuan jika merasa memerlukan. Selain belajar bertanggung jawab pada dirinya sendiri, mahasiswa juga diharapkan untuk mulai belajar bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat. Kehidupan kampus adalah miniatur dari kehidupan bermasyarakat sesungguhnya. Salah satu bentuk tanggung jawab dalam masyarakat yang bisa dipelajari saat kuliah adalah tanggung jawab atas hak dan kewajiban. Memperjuangkan hak dan memenuhi kewajiban. Pelajaran hidup mengenai tanggung jawab yang didapatkan di masa kuliah akan sangat bermanfaat saat seseorang masuk ke dunia nyata dan dibebani tanggung jawab lainnya.
Tentang Pilihan dan Konsekuensi
Hidup adalah tentang pilihan dan segala konsekuensinya. Kuliah adalah awalan yang baik untuk belajar tentang hal ini. Mulai dari pilihan yang besar seperti jurusan kuliah; yang mendasar seperti cara belajar dan pergaulan; hingga pilihan kecil seperti tidur atau menonton sebelum ujian. Melalui pembelajaran di dalam kelas, mahasiswa dilatih untuk memiliki pola pikir yang logis dan terstruktur. Kemampuan ini sangat penting dalam hal menghadapi pilihan dan harus terus dilatih agar terbiasa. Supaya setiap dihadapkan pada pilihan, bisa membuat keputusan yang cermat dan rasional. Tidak hanya didasarkan pada intuisi dan emosi belaka, sekalipun dalam kondisi darurat.
Selain itu, saat kuliah adalah waktunya mulai melatih diri untuk bersikap tenang dan tidak impulsif saat menghadapi pilihan, termasuk saat pilihan yang diambil ternyata terbukti salah. Sebuah kemampuan yang sangat sulit dikuasai. Untungnya kebanyakan pilihan yang perlu diambil saat kuliah hanya berdampak pada diri sendiri. Sehingga saat keputusan yang dibuat ternyata salah, konsekuensinya hanya perlu ditanggung oleh diri sendiri.
Kemampuan untuk menghadapi pilihan dan membuat keputusan dengan tenang, cermat, serta rasional akan sangat bermanfaat bagi seseorang saat dihadapkan dengan pilihan yang sulit, yang mungkin akan berdampak besar pada kehidupannya.
Tentang Kemampuan Mengatasi Masalah
Semua orang di dunia ini pasti pernah memiliki masalah. Besar kecilnya, rumit tidaknya, tidak bisa kita kontrol. Tapi cara menghadapi dan mengatasinya bisa kita tentukan sendiri. Sebagai manusia yang baru menginjak dewasa, mahasiswa pasti akan menemui banyak masalah kehidupan yang mungkin tidak pernah ditemui sebelumnya. Saat kuliah adalah saat mahasiswa bisa mulai belajar untuk mengembangkan kemampuan diri sendiri dalam menghadapi masalah.
Kemampuan menghadapi masalah yang bisa dilatih oleh mahasiswa saat kuliah antara lain adalah kemampuan untuk menilai kadar suatu masalah, memahami masalah tersebut dan mencari root cause-nya, serta mengukur kemampuan diri dalam menghadapinya. Sekali lagi kemampuan berpikir logis dan terstruktur yang dilatih saat kuliah berperan penting di sini.
Dengan kemampuan menilai kadar suatu masalah seseorang akan bisa mengambil sikap yang baik dalam menghadapi masalah tersebut. Tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Sementara itu kemampuan memahami masalah dan mencari root cause akan membantu dalam menyelesaikan masalah sampai tuntas. Mengukur kemampuan diri sendiri membantu mengetahui batasan diri sehingga bisa segera minta tolong jika diperlukan. Agar masalah tidak menjadi semakin berlarut – larut dan malah jadi frustrasi sendiri. Melatih diri untuk menguasasi kemampuan ini juga membantu agar nantinya orang tidak menjadi mudah menyerah dalam menghadapi masalah dan cobaan yang terjadi dalam kehidupan.
Tentang Kemampuan Untuk Bersosialisasi
Perguruan tinggi adalah tempat kita bisa bertemu dengan berbagai macam orang. Seperti sudah disampaikan bahwa perguruan tinggi merupakan miniatur dari masyarakat. Di sana kita bisa belajar bersosialisasi melalui pertemanan, organisasi, interaksi dengan dosen dan pegawai, dan bahkan masyarakat umum. Kuliah bukan hanya melulu tentang belajar ilmu pasti. Ini adalah waktu untuk mengenal karakter orang, belajar bersikap, dan menempatkan diri. Adab, empati, toleransi, rendah hati, komunikasi adalah sebagian dari hal – hal yang bisa dipupuk dari pelajaran ini. Mumpung jika salah masih bisa dengan mudah minta maaf dan memperbaiki sikap, karena umumnya orang – orang dalam kampus masih baik hati. Paling apes kalau salah dimarahi saja π
Dunia ini luas penuh dengan beraneka ragam manusia. Berbagai karakter, berbagai pembawaan, berbagai latar belakang. Kuliah adalah saat yang tepat untuk melatih kepekaan dan karakter diri, agar saat nanti sudah masuk ke dunia kerja atau dunia nyata sudah tidak bingung sendiri menghadapi orang lain.
Tentang Kemampuan Membagi Waktu
Pelajaran hidup dari bangku kuliah yang akan saya bagikan adalah tentang kemampuan untuk membagi waktu. Kemampuan ini sangat penting kapanpun dimanapun. Saat kuliah pertama kali kita akan dihadapkan oleh ketidakteraturan. Jadwal yang bebas tidak seperti di sekolah. Kewajiban tugas yang menumpuk serta pilihan kegiatan yang banyak. Menentukan prioritas, melatih kedisiplinan soal waktu, serta membagi waktu antara urusan kuliah dan nonkuliah adalah hal – hal yang dapat dipelajari saat ada di bangku kuliah. Termasuk mengatakan “tidak” untuk hal – hal yang kurang perlu. Sekali lagi, mumpung pembagian waktunya masih terkait dan hanya untuk diri sendiri.
Kemampuan manajemen waktu terdengar sepele tapi sangat tidak mudah dilakukan. Apalagi untuk orang – orang yang memang sifatnya suka menunda-nunda (tunjuk diri sendiri). Akan tetapi tidak ada satupun kemampuan di dunia yang tidak bisa dipelajari. Jika terus berlatih suatu saat pasti akan bisa (menyemangati diri sendiri). Paling tidak niatnya sudah dihitung sebagai usaha π
Penutup
Demikian Mah paparan tentang 5 pelajaran hidup yang saya pelajari saat kuliah di luar kelas. Saya mempelajari kelimanya semenjak kuliah, tapi sampai sekarang saya pun belum begitu menguasai kelima hal tersebut. Tidak apa namanya juga lifelong learning. Selama masih hidup diupayakan terus belajar agar menjadi pribadi yang lebih baik π
Tetap semangat dan terus jaga kesehatan ya, Mah.
Wah tulisannya bagus, Mamah Restu. π Trimakasih. π
Saya jadi tahu tentang prestasi kakak RA Kartini, RM Panji Sosrokartono yang menjadi sarjana sastra pertama pribumi di univ Belanda.
Iya betul sekali, ke 5 hal tersebut saya pelajari ketika kuliah.
Namanya juga ‘MAHAsiswa’, ada ‘MAHA’nya, jadi dituntut harus lebih dari seorang ‘siswa’.
Mandiri atas segala hal; mengambil keputusan dengan cepat dan tepat; berani bertanggung jawab atas perbuatan;….awal2nya berat dan membuat shock menjalaninya.
Sampai saya sempat sakit selama 1 bulan di semester 1, yang mengakibatkan hanya memperoleh IPK 2.61.
Serta kaget menghadapi masalah baru yang harus dihadapi, dan terkena malarindu karena harus berjauhan dengan mamah papah dan keempat adik saya.
Bener banget nih, apalagi untuk mahasiswa yang kuliahnya bukan di kota yang sama dengan orangtua. Jadi perantau, hidup sendiri dan harus mengatur diri sendiri. Godaan untuk malas-malasan sangat tinggi, jadwal kuliah kudu ingat sendiri, mana kadang-kadang dosen suka ganti jadwal dadakan dan belum ada whatsapp atau pengumuman online.
Belajar di masa kuliah emang beda banget dibandingkan jenjang sebelumnya ya.
setuju banget, terutama dengan point no 1, belajar bertanggungjawab.
Dulu saya suka “nasehatin” temen-temen di salah satu klub kampus (ga usah sebut nama ya haha) yang kuliahnya lama karena males-malesan. Walaupun saya juga males, doyan bolos dan titip absen, tapi ga mau dan ga tega kalau kuliah sampai 7 tahun, karena masih dibayarin kuliah sama orang tua, harus tanggung jawab kan, lain cerita kalau udah bisa mandiri.
Bagus banget tulisannya Teh Restu, 10 jempol.
Betul banget. Jaman kuliah, kebebasan dan tanggung jawab ke diri lebih luas. Apalagi habis 9 tahun sekolah menengah ya. Memorable memang jaman kuliah itu
Kemampuan membagi waktu nih mba yang berasa banget sebagai longlife learningnya. Btw asyik baca ini, berasa nostalgia.
[…] yang bisa diambil oleh masyarakat Indonesia, terutama para perempuan. Di bawah ini, saya paparkan 8 pelajaran yang bisa diambil dari film Penyalin […]