Pentingnya Kurikulum Pada Pendidikan

Tulisan ini dibuat berdasarkan hasil kuisioner yang disebarkan ke grup komunitas ITB Motherhood.

Pendahuluan

Memutuskan pendidikan untuk anak, bukanlah perkara yang mudah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti kesediaan sumberdaya dana, waktu, dan tenaga, juga kesesuaian institusi pendidikan yang dipilih dengan visi, misi, dan nilai keluarga. Karena sejatinya pendidikan anak di institusi pendidikan harus selaras dengan pendidikan anak di rumah. Agar saling mendukung membentuk anak menjadi insan yang utuh sesuai dengan arti pendidikan di keluarganya.

Pendidikan adalah jalan untuk mengenal arti penciptaan diri dan siapa pencipta kita, Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji. Bekal menjadi pemimpin bagi orang bertaqwa dan bermanfaat bagi diri, sesama, serta alam semesta.

– Anggota ITB Motherhood –

Salah satu cara untuk mengetahui kesesuaian suatu institusi pendidikan dengan visi, misi, dan nilai keluarga adalah dengan melihat kurikulum yang diterapkan. Melalui kurikulum orang tua sedikit banyak dapat melihat tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu institusi pendidikan beserta metode atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Kurikulum yang diterapkan di institusi pendidikan menentukan hal-hal yang dipelajari oleh anak dan bagaimana cara anak mempelajarinya. Oleh karena itu memilih institusi pendidikan yang sesuai dengan nilai dan tujuan pendidikan di keluarga sangatlah penting, untuk memastikan anak memperoleh pendidikan yang sesuai.

Pada artikel kali ini akan dibahas mengenai pertimbangan mengenai kurikulum dalam memilih sekolah anak berdasarkan opini dari Mamah Anggota ITB Motherhood.

Apa Itu Kurikulum?

Sebanyak 90% responden dari kuisioner kurikulum yang disebarkan di ITB Motherhood menyatakan telah mempertimbangkan kurikulum dalam pemilihan sekolah anak.

Arti kurikulum menurut KBBI adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. Tujuan dari penerapan kurikulum adalah membantu siswa belajar. Materi apa yang harus dipelajari, perangkat pembelajaran apa yang harus digunakan, dan metode pengajaran apa yang harus diberikan, adalah hal-hal yang biasanya dibahas dalam dokumen kurikulum.

Setiap institusi pendidikan harus memiliki kurikulum untuk memastikan materi yang diajarkan relevan dengan tujuan pendidikan di institusi tersebut, baik secara akademik maupun non akademik. Kurikulum yang dimiliki institusi pendidikan sebaiknya secara berkala diperbaharui agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Karena bagaimanapun dunia terus berubah dan manusia harus menemukan cara untuk beradaptasi dengannya.

Semakin tinggi jenjang pendidikan, tujuan yang ingin dicapai oleh institusi pendidikan biasanya bersifat lebih teknis, seperti menghasilkan siswa dengan keahlian khusus atau memiliki set kemampuan tertentu. Sementara di pendidikan dasar, kurikulum yang digunakan di sekolah biasanya sangat ditentukan pada nilai-nilai yang ingin ditekankan pada anak, yang akan dibawa terus sampai dewasa.

Oleh karena itu di berbagai institusi pendidikan dasar, kurikulum bukan hanya tentang bagaimana cara mengajarkan matematika, bahasa, dan sejarah melainkan juga perangkat bagi sekolah untuk membentuk persepsi anak mengenai dunia, dan membangun sinergi yang baik dengan orang tua dan lingkungan di sekitarnya.

Pendidikan itu membuka wawasan berpikir, membuat anak mengerti (dari tidak tahu menjadi tahu dan bisa mengaplikasikannya), membantu anak menyukai belajar dan menemukan potensinya dan bisa belajar/mencari tau hal-hal yang ingin diketahui secara mandiri. Pendidikan ini bukan hanya di bidang akademik, tetapi juga termasuk bagaimana berinteraksi dalam kemajemukan bermasyarakat tanpa kehilangan identias pribadinya.

– Anggota ITB Motherhood”

Jenis-Jenis Kurikulum

Kurikulum di Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu Kurikulum Nasional, Kurikulum Internasional, dan Kurikulum Alternatif.

Kurikulum Nasional

Kurikulum nasional yang saat ini diterapkan di Indonesia adalah kurikulum Merdeka. Tujuan inti pengembangan kurikulum ini adalah mengatasi learning crisis di Indonesia, dimana kemampuan literasi dan numerasi pelajar di Indonesia jauh tertinggal dari negara lainnya. Metode yang digunakan adalah dengan memperbaiki suasana pembelajaran agar lebih akomodatif terhadap kebutuhan individu siswa.

Pada kurikulum yang mulai diterapkan pada tahun 2022 ini, pendidik diberikan keleluasaan untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. Harapannya agar peserta didik memiliki waktu yang cukup untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi sesuai dengan minat dan bakatnya.

Meskipun berlaku secara nasional, akan tetapi hanya sekolah negeri di Indonesia yang diwajibkan untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. Sementara sekolah swasta dibebaskan untuk mengadopsi kurikulum yang dianggap lebih cocok.

Kurikulum Merdeka cukup berbeda dengan pendahulunya yaitu Kurikulum 2013. Pembelajaran lebih banyak dalam bentuk proyek atau tugas kelompok. Alhasil di kurikulum ini, orang tua dituntut terlibat lebih aktif dalam pembelajaran putra-putrinya, karena sekolah seringkali tidak memiliki sumberdaya yang cukup untuk mengakomodasi kebutuhan setiap murid.

Banyak tugas kelompok dan ketrampilan yang membutuhkan bahan yang banyak dan seringkali mendadak.

– Testimoni Orang Tua siswa di Sekolah Dengan Kurikulum Merdeka –

Penerapan kurikulum merdeka sangat bergantung pada kesiapan, kapasitas, dan kemampuan adaptasi sekolah dalam penerapannya. Tidak semua sekolah mampu menerapkan kurikulum ini dengan baik, tapi ada banyak juga yang saat ini sudah bisa merasakan manfaatnya.

Sejauh ini senang karena cara penyampaian materi sangat menarik untuk anak-anak. Dukanya untuk materi non eksakta kurang mendapat pemahaman yang mendalam dan kurang terbuka terhadap berbagai opsi jawaban yang memungkinkan

– Testimoni Orang Tua siswa di Sekolah Dengan Kurikulum Merdeka –

Kurikulum Internasional

Sekolah dengan kurikulum internasional mengadopsi kurikulum berlisensi resmi dari institusi pendidikan luar seperti Cambridge University atau International Baccalaureate (IB). Ada juga sekolah internasional yang menerapkan standar kurikulum dari negara tertentu.

Sekolah internasional awalnya ditujukan bagi anak-anak pekerja asing yang tinggal di Indonesia, agar tetap bisa memperoleh pendidikan sesuai standar di negaranya. Akan tetapi pada perkembangannya, semakin banyak warga lokal yang memilih sekolah internasional sebagai tempat pendidikan putra-putrinya.

Bahasa pengantar yang umumnya digunakan di sekolah internasional adalah bahasa Inggris. Selain bahasa, sumber daya yang digunakan di sekolah-sekolah ini juga disesuaikan dengan standar internasional. Afiliasi dengan kurikulum internasional membantu siswa untuk memiliki wawasan global semenjak dini, sehingga diharapkan mampu bersaing dengan anak-anak dari negara maju.

Bagi pihak sekolah, menerapkan kurikulum internasional yang telah terbukti keberhasilannya menguntungkan dari sisi efektivitas pembelajaran, dimana sekolah bisa fokus ke penerapan kurikulum, daripada berkutat pada pengembangan kurikulum dengan trial and error.

Karena seringkali trial and error dalam penerapan kurikulum menghambat kelancaran pembelajaran siswa.

Saat ini, karena pindah, kami menyekolahkan di sekolah International yang ditunjuk oleh perusahaan Suami bekerja. Memakai kurikulum “Mastery Learning”, yang mana masing2 anak diasah skill akademis dan soft (life) skills nya, seoptimal mungkin. Lebih personal dan diperhatikan detail perkembangannya. Which is alhamdulillah sangat, sesuai dengan yang kami harapkan.

– Testimoni Orang Tua siswa di Sekolah Dengan Kurikulum Internasional-

Kekurangan dari sekolah dengan kurikulum internasional adalah biayanya yang mahal. Tentu saja karena biaya yang harus dikeluarkan sekolah untuk menyediakan sumber daya sesuai dengan standar dari institusi yang memberikan lisensi tentu juga tidak murah. Buat sebagian besar masyarakat Indonesia, menyekolahkan anak di sekolah dengan kurikulum internasional bukanlah pilihan.

Kurikulum Alternatif

Sekolah-sekolah swasta di Indonesia umumnya menerapkan kurikulum alternatif. Campuran dari berbagai kurikulum yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan di sekolah tersebut. Ada yang memadu madankan kurikulum nasional dengan kurikulum luar, atau yang memasukkan konsep metode pendidikan tertentu dengan kurikulum pendidikan tradisional. Montessori dan Waldorf adalah dua metode pendidikan yang paling sering diadopsi untuk dipadankan dengan kurikulum tradisional, terutama di jenjang pendidikan dasar.

Kurikulum alternatif yang mengkombinasikan pendidikan agama dengan pendidikan umum juga banyak diterapkan oleh sekolah-sekolah di Indonesia. Sekolah-sekolah ini sekarang menjadi pilihan populer terutama bagi penduduk di kota besar.

Sekolah berasrama atau boarding school, pesantren. Kurikulum 2013 plus Qur’an. Saat SMP target 30 juz ziyadah hafalan Al-Qur’an plus ujian mutqin 10 juz. Sekarang lanjut di SMA target murojaah hafalan 30 juz dan tasmi mutqin 10 juz. Di SMA ada IELTS dan SAT, life in di desa semacam KKN sebulan kelas XI dan project base learning untuk kelas XII. SMP ada pulang ke rumah setiap akhir pekan selama 2 hari. SMA ada pulang ke rumah setiap bulan 3-4 hari. Jadi masih bisa bonding sama orang tua. Liburannya juga lebih panjang dari sekolah non asrama.

– Contoh Penerapan Kurikulum Alternatif dengan Basis Agama –

Sekolah-sekolah dengan fokus pada pengembangan karakter, seperti sekolah alam, juga biasanya meramu kurikulumnya sendiri. Kurikulum di sekolah-sekolah ini biasanya dibuat untuk mendukung pembelajaran yang fokus pada pengembangan karakter masing-masing anak. Energi di sekolah ini biasanya lebih banyak disalurkan untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai kepribadian, bakat, dan minatnya.

Kurikulum Sekolah Alam Indonesia (belum ada namanya). Disini belajar lewat project based learning, anak2 diajak belajar melalui real-life experience. Setelahnya diajak refleksi mengenai kegiatan tersebut.

Untuk jenjang 1 s/d 2 SD, siswa2 diajari “Belajar bagaimana cara belajar”
Jenjang 3 s/d 4 SD, siswa2 ditekankan tentang “Bagaimana membangun tradisi belajar”
Jenjang 5 s/d 6 SD, siswa2 diharapkan sudah bisa mempraktekkan “Mandiri dalam belajar”

Untuk jenjang sebelum SD (KB dan TK), sekolah mengemas pembelajaran melalui bermain. Tidak ada tugas atau calistung, targetnya adalah tuntas motorik dan motorik halus. Sehingga saat memasuki jenjang kelas 1 SD, para siswa sudah siap berkenalan dengan huruf alfabet/hijaiyah dan angka.

– Contoh Penerapan Kurikulum dengan Basis Karakter –

Kurikulum alternatif juga diterapkan di sekolah-sekolah yang menerima anak berkebutuhan khusus. Biasa disebut dengan sekolah inklusi, sekolah-sekolah mengembangkan kurikulumnya sehingga bisa mengakomodasi kebutuhan belajar seluruh siswa tanpa merasa berbeda.

Karena anak saya terdiagnosa autis, jadi saya mencari sekolah yang betul² menerapkan kurikulum inklusif agar anak saya tetap terlibat dalam proses pembelajaran secara aktif, kadang beberapa sekolah hanya menjadikan tema inklusif sebagai gimmick. Alhamdulillah sekolah yang saat ini betul² berkomitmen dengan kurikulum inklusif, sehingga tidak ada duka dalam proses menemani anak saya mengikuti program² di sekolah.

– Contoh Penerapan Kurikulum Inklusi –

Kurikulum Homeschooling

Salah satu prinsip utama homeshooling adalah pembelajaran holistik, yang tidak terfokus hanya pada mata pelajaran akademik, melainkan juga kepada nilai-nilai, kemampuan sosial, dan perkembangan emosi. Metode homeschooling umumnya mengutamakan faktor ketertarikan, kecepatan, dan cara belajar anak dalam pelaksanaan pembelajaran.

Saat ini ada berbagai macam kurikulum yang khusus ditujukan untuk pendidikan anak di rumah (homeschooling), seperti metode Charlotte Mason, Reggio Emilia, atau kurikulum homeschooling klasik yang fokus pada kemampuan literasi, bahasa, dan sejarah. Pemilihan kurikulum oleh orang tua homeschooling biasanya menyesuaikan dengan kondisi anak, kondisi orang tua, dan situasi keluarga.

Kurikulum dasar (matematika, bahasa, ilmu alam, ilmu sosial) menggunakan buku kerja dan anak diminta mengerjakan secara mandiri dengan membaca dari buku. Pengajar perannya untuk membantu jika anak mengalami kesulitan dalam memahami materi.

Untuk pelajaran seni, olahraga dan ekstra kurikuler lainnya diberikan dalam bentuk grup besar dan praktik langsung.

– Contoh Penerapan Kurikulum Homeschooling –

Faktor yang Harus Dipertimbangkan dalam Memilih Kurikulum Pendidikan Anak

Ibarat blue print untuk perjalanan pendidikan seorang anak, kurikulum bisa mempengaruhi perkembangan akademis dan karakter anak. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan kurikulum untuk pendidikan anak:

  1. Kesesuaian dengan Potensi dan Minat Anak:
    Pilih kurikulum yang dapat mengembangkan potensi dan minat anak. Kurikulum harus fleksibel dan memberikan ruang bagi anak untuk mengeksplorasi berbagai bidang sesuai dengan bakat dan minatnya.
  2. Filosofi dan Pendekatan Pendidikan:
    Perhatikan filosofi pendidikan yang mendasari kurikulum tersebut. Misalnya, apakah kurikulum tersebut berfokus pada pengembangan karakter atau pencapaian akademik. Lalu perhatikan juga metode pendidikan yang digunakan, seperti Montessori, Waldorf, atau tradisional. Pastikan metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan keluarga.
  3. Kualitas Guru dan Staf Pengajar:
    Guru dan staf pengajar yang berkualitas dan berpengalaman sangat penting dalam penerapan kurikulum. Pastikan bahwa para pengajar memiliki pemahaman yang mendalam tentang kurikulum dan mampu menerapkannya dengan baik.
  4. Infrastruktur dan Fasilitas:
    Periksa apakah sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung kurikulum yang dipilih. Ini termasuk laboratorium, perpustakaan, ruang seni, dan fasilitas olahraga yang relevan dengan kebutuhan kurikulum.
  5. Evaluasi dan Penilaian:
    Pelajari sistem evaluasi dan penilaian yang digunakan dalam kurikulum tersebut. Pastikan bahwa metode penilaian tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses belajar dan perkembangan individu anak.
  6. Keselarasan dengan Standar Pendidikan Nasional:
    Pastikan kurikulum tersebut selaras dengan standar pendidikan nasional atau internasional (jika memilih kurikulum internasional) sehingga memudahkan anak untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya tanpa hambatan.
  7. Keterlibatan Orang Tua:
    Mertimbangkan bagaimana kurikulum melibatkan orang tua dalam proses pendidikan anak. Keterlibatan orang tua yang aktif dapat memperkuat proses belajar anak di rumah dan sekolah.
  8. Pengembangan Keterampilan Sosial dan Emosional:
    Kurikulum yang baik tidak hanya fokus pada akademis, tetapi juga pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional anak, seperti kerja sama, komunikasi, dan empati.
  9. Fleksibilitas dan Adaptabilitas:
    Pilih kurikulum yang fleksibel dan dapat beradaptasi dengan perubahan kebutuhan anak dan perkembangan teknologi. Kurikulum harus memungkinkan penyesuaian berdasarkan dinamika global dan kebutuhan masa depan.
  10. Biaya dan Keterjangkauan:
    Pertimbangkan biaya yang diperlukan untuk menjalani kurikulum tersebut dan pastikan sesuai dengan anggaran keluarga. Beberapa kurikulum mungkin memerlukan biaya tambahan untuk bahan belajar, kegiatan ekstrakurikuler, atau fasilitas khusus.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, orang tua dapat memilih kurikulum yang tidak hanya memberikan pendidikan berkualitas tinggi, tetapi juga mendukung perkembangan holistik anak sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka.

Penutup

Kurikulum tidak hanya sekedar daftar mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, melainkan juga fondasi utama yang membentuk bagaimana pengetahuan dan keterampilan dipelajari, dipahami, dan diterapkan oleh siswa.

Pemilihan sekolah yang tepat untuk anak tidak hanya berhubungan dengan reputasi atau prestise sekolah, tetapi juga dengan kesesuaian kurikulum yang diterapkan dengan nilai, visi, dan misi keluarga. Dalam memilih sekolah, orang tua harus memperhatikan berbagai aspek kurikulum, termasuk metode pembelajaran, tujuan pendidikan, dan nilai-nilai yang ditanamkan.

Sebuah kurikulum yang baik akan memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan potensi mereka secara holistik, baik dari segi akademik maupun karakter. Oleh karena itu, pemilihan kurikulum yang sesuai akan membantu memastikan bahwa anak mendapatkan pendidikan yang relevan, berdaya guna, dan membangun karakter yang kokoh sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh keluarga.

Dalam menghadapi tantangan dunia yang terus berubah, kurikulum yang fleksibel dan adaptif menjadi kunci untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan dan peluang. Dengan memahami pentingnya faktor kurikulum dalam pemilihan sekolah anak, orang tua dapat memastikan bahwa anak mendapatkan pendidikan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka.

Restu Eka Pratiwi
Restu Eka Pratiwi
Articles: 35

2 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *