“Aku karena fisika-nya, Boo karena sejarah perang dunia-nya, lha kamu karena apa Mam?”
Suami saya melontarkan pertanyaan ini sebelum kami menonton “Oppenheimer”, film yang disutradarai sekaligus ditulis oleh filmmaker terbaik abad ini, Christopher Nolan.
“Aku karena ada Thomas Shelby eh Cillian Murphy-nya, Pap. Soalnya dia tuh selalu menghayati perannya. Orangnya pendek di antara kumpulan pria-pria tinggi nan gagah, tapi kharismanya paling menawan,” demikian jawaban saya.
***
Apapun alasannya, yang pasti Oppenheimer bersama rekan-rekan ilmuwannya dalam Manhattan Project berhasil menciptakan senjata nuklir pertama di dunia, yang berdampak ke pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan negara kita oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945. Merdeka! Merdeka! Merdeka Indonesiaku!
Ingin tahu bagaimana kronologisnya? Tentu saja Mamah harus membaca buku-buku sejarah. Atau dengan cara yang lebih menghibur, yakni dengan menonton film “Oppenheimer”.
Sesuai judulnya, Bapak Nolan berfokus pada biografi singkat Julius Robert Oppenheimer dalam kiprahnya memimpin sebuah proyek riset dan pengembangan senjata nuklir. Nolan mengemasnya secara morally grey di mana para penonton tidak akan mampu menilai apakah tindakan yang dilakukan oleh para karakter adalah benar atau salah.
Mohon digarisbawahi, bahwa ini Nolan ya Mah, yang kalau bikin film tuh suka rumit jalan ceritanya, berdurasi lama, dan padat dialognya. Jadi, Mah, siap-siap untuk tidak meleng sedikitpun agar tidak ketinggalan alur ceritanya. Pastikan Mamah tidak banyak minum agar tidak perlu ke toilet, dan pastikan juga saat mengunyah popcorn, posisi mata tetap menghadap ke layar. Tapi tenang saja, Mah, ‘pengorbanan’ ini akan terbayar, karena seperti film-film Nolan lainnya, kita akan disuguhkan visual yang spektakuler.
Tiga jam yang intens dengan sesekali diiringi instrumental gesekan biola; alur maju mundur dalam rentang ketika Oppie masih seorang pemuda, sedang proses bersama timnya di Los Alamos, hingga di saat security hearing bersama Strauss; juga momen petualangan romantisnya bersama beberapa wanita.
Ohya saya harus memperingatkan Mamah bahwa “Oppenheimer” bukanlah film bergenre action. Banyak yang kecele mengira ini jenis aksi dan menggerutu karena tidak seru.
Betul! “Oppenheimer” adalah jenis film ‘membosankan’. Mamah bisa memasukkan “Dunkirk” ke to-watch-list sebagai referensi filmnya Nolan yang action dengan latar belakang Perang Dunia II.
Dari film ini, saya optimis bahwa kekaguman saya terhadap para ilmuwan yang kerapkali inspiring adalah hal yang patut. Kok bisa ya mereka tak kenal lelah untuk mencipta. Mereka bisa melihat hal yang indah dari sesuatu yang sederhana dan dianggap receh di mata orang-orang pada umumnya. Saat mereka tampak sedang melamun pun, itu karena mereka sedang berpikir untuk mencari ritme nada menuju inovasi barunya, bukan ngelamunin mantan. *eh
Dan dari film ini pula, diketahui bahwa dunia para ilmuwan tidak jauh beda dengan geng emak-emak sosialita. Ada sikut-sikutan, iri-irian, dan ada musuh dalam selimut.
***
Berikut beberapa fisikawan ternama dan terhormat yang terlibat dalam Manhattan Project:
1. Julius Robert Oppenheimer (22 April 1904 – 18 Februari 1967)
Jujur, Cillian Murphy pemeran Oppenheimer, di sini masih ada bentukan Thomas Shelby-nya. Dari cara mengisap rokoknya, cara ngomongnya, dan rutin pakai topi ke mana-mana.
Tak diragukan lagi, Bapak Oppenheimer, atau biasa dipanggil Oppie, adalah salah satu manusia pengubah dunia. “Bapak bom atom” begitu beliau disebut.
Dalam proses pencapaiannya, Oppie mengalami kegalauan yang mendalam, terutama setelah menyaksikan kesuksesan uji coba Trinity di Alamogordo 1945.
“Now I am become death, the destroyer of worlds.”
Robert Oppenheimer, 16 Juli 1945
Dengan mengutip kalimat dalam Bhagavad Gita (teks Hindu kuno), Oppie merefleksikan bagaimana dirinya memandang kekuatan pemusnah besar karyanya. Keprihatinannya membuat Presiden Truman kesal dan menyebutnya sebagai ilmuwan cengeng.
Meskipun Oppie ialah sosok fisikawan teoritis yang jenius, misterius, dan penuh dengan ide-ide yang kompleks; beliau juga laki-laki pada umumnya yang pecinta wanita. Seorang womanizer dan pebinor karena beberapa kali menjalin hubungan romantis dengan istri orang; termasuk yang kemudian menjadi istrinya, Katherine “Kitty”.
Ndilalah salah satu wanita yang pernah dekat dengannya, Jean Tatlock, psikolog yang dikenalnya saat sedang berada di UC Berkeley, adalah anggota partai komunis yang aktif. Hal ini mengakibatkan benturan ideologis, terutama karena kala itu adalah masa Red Scare. Kedekatannya dengan orang-orang partai komunis inilah yang akan membawanya pada pencabutan izin keamanan dirinya oleh AEC (Komisi Energi Atom Amerika Serikat) pada tahun 1954.
Mungkin nasehat orang tua jaman dulu ada benarnya, ‘bibit bebet bobot’ itu penting dalam berinteraksi.
Pasca perang, Oppie masih terus berkarya membentuk kebijakan nuklir dan pertahanan nasional Amerika Serikat. Meskipun kontroversial, beliau tetap menjadi sosok yang dihormati di kalangan ilmuwan dan intelektual.
***
2. Lewis Strauss (31 Januari 1896 – 21 Januari 1974)
Dari awal Strauss muncul di film ini, terlihat kalau dirinya mendem sesuatu terhadap Oppie. Oppie juga gitu sih. Tanpa disadari, Oppie kadang melontarkan guyonan yang menyinggung beliau.
Strauss sendiri juga sering berasumsi negatif. Seperti misalkan, saat bersimpangan dengan Einstein, tapi Einstein tidak membalas sapaannya. Dia sudah berpikir bahwa Oppie pasti abis ghibah-in dirinya ke Einstein.
Dan sepertinya, rasa-rasa kecil yang menumpuk inilah yang memicu semangatnya untuk ‘menjatuhkan’ Oppie, apalagi pendapatnya tentang bom atom hidrogen sangat berseberangan.
Iron Man hilang sepenuhnya dari Robert Downey Jr, dan tentu saja standing applause buat make up artist-nya. Betul-betul harus dilihat lebih dari 30 detik untuk menyadari bahwa pemeran Lewis Strauss adalah Robert Downey Jr.
Bapak Strauss adalah seorang pengusaha dan pejabat publik Amerika yang memiliki peran penting dalam perkembangan industri dan kebijakan energi di Amerika Serikat pada pertengahan abad 20. Beliau kemudian menjadi salah satu pendiri National Bureau of Standards (sekarang NIST –National Institute of Standards and Technology–) dan memainkan peran kunci dalam pengembangan industri nuklir komersial.
Pada tahun 1953, Presiden Eisenhower menunjuknya sebagai Ketua AEC (Ketua Energi Atom Amerika Serikat). Di bawah kepemimpinannya, AEC memainkan peran vital dalam pengembangan energi nuklir dan pengawasan program senjata nuklir. Di masa ini pulalah, dendamnya ‘dimainkan’ untuk Oppie.
Masa jabatannya penuh kontroversi, karena kebijakan-kebijakan yang mendukung penggunaan nuklir untuk tujuan militer dan energi. Keterlibatannya dalam upaya meningkatkan kapasitas nuklir negara membuatnya menjadi sasaran kritik dari kalangan anti nuklir dan aktivis perdamaian.
Meskipun pandangannya tentang energi nuklir dan senjata nuklir telah menimbulkan perdebatan, peran Strauss sebagai salah satu tokoh kunci dalam pengembangan teknologi nuklir tetap menjadi bagian penting dari sejarah Amerika Serikat pada masa itu.
***
3. Isidor Isaac Rabi (29 Juli 1898 – 11 Januari 1988)
Puji syukur kita hidup di era di mana beragam penyakit mudah didiagnosis dengan bantuan MRI. Ialah Bapak Rabi yang telah made it happen.
Beliau menciptakan NMR (resonansi magnetik inti), teknik spektroskopi nuklir yang revolusioner yang memiliki aplikasi luas dalam bidang fisika dan medis, yang salah satunya adalah MRI. Berkat karya ini, Bapak Rabi memperoleh penghargaan Nobel Fisika pada tahun 1944.
Dalam Manhattan Project, beliau berperan dalam desain dan pengembangan alat pendeteksi neutron yang penting untuk memantau dan mengukur reaksi berantai dalam reaktor nuklir.
Rabi memiliki perasaan ambivalen terhadap penggunaan senjata nuklir. Setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, beliau mendesak pemerintah untuk menggunakan senjata nuklir secara bijaksana dan mengekang perlombaan senjata nuklir.
Setelah perang, Rabi melanjutkan karier akademisnya dan aktif mempromosikan pengendalian senjata nuklir.
Dalam adegan-adegannya, terlihat jelas bahwa Rabi sangat khawatir dengan penggunaan nuklir ini. Pembawaannya tenang, kalem, dan menyejukkan.
David Krumholtz cocok memerankannya. Gambaran Goldstein dalam “Harold & Kumar” hilang sudah. Beda banget. Nolan jago dalam memilih cast-nya dan lagi-lagi jempol untuk make up artist-nya.
***
4. Werner Heisenberg (5 Desember 1901 – 1 Februari 1976)
Mendengar namanya disebut, pikiran saya langsung melanglang buana ke Bapak badass “Breaking Bad”. Bapak Walter White menggunakan nama fisikawan Jerman ini sebagai nama aliasnya, the drug kingpin Heisenberg.
Bapak Heisenberg adalah seorang fisikawan teoritis Jerman yang dikenal karena kontribusinya yang revolusioner dalam mekanika kuantum. Beliau dianugerahi penghargaan Nobel Fisika pada 1932 atas karyanya dalam teori matriks dan mekanika kuantum.
Selama Perang Dunia II, beliau terlibat dalam upaya pengembangan nuklir di Jerman. Heisenberg dipercaya oleh rezim Nazi untuk memimpin proyek Uranium Jerman, proyek yang bertujuan untuk menciptakan bom atom. Namun perkembangan program nuklir Jerman jauh tertinggal dibandingkan dengan proyek serupa yang dilakukan Sekutu, terutama Amerika Serikat.
Peran Heisenberg dalam proyek Uranium menuai kontroversi. Ada spekulasi bahwa beliau sengaja menghambat keberhasilan proyek bom atom Jerman karena keberatan moralnya terhadap senjata pemusnah masaal. Pendapat tentang niat dan kesungguhannya dalam upaya ini tetap diperdebatkan.
Pada tahun 1945, dengan dekatnya kekalahan Jerman di Perang Dunia II, proyek nuklir Jerman akhirnya dihentikan oleh pemerintah Nazi. Setelah perang berakhir, Heisenberg ditahan oleh tentara Amerika Serikat dan diperiksa sebagai bagian dari operasi Alsos, upaya Sekutu untuk menyelidiki proyek nuklir Jerman.
Setelah pembebasan, beliau kembali ke karir akademisnya dan berfokus pada riset dalam bidang fisika teoritis.
Bapak Heisenberg mengabdikan dirinya dalam mempromosikan kerjasama internasional dalam riset ilmiah dan mendukung perdamaian dunia melalui riset dan pendidikan.
***
5. Ernest Orlando Lawrence (8 Agustus 1901 – 17 Agustus 1958)
Pertama kali memunculkan batang hidungnya dalam adegan, saya histeris dalam hati, “Aaa aaa Mas tampan Wicker Park nan gagah perkasa. Mas Mas!”
Josh Hartnett memerankan Bapak Lawrence dengan apik.
Bapak Lawrence adalah seorang fisikawan yang menerima gelar sarjana Kimia, dan meraih Nobel Fisika pada tahun 1939 atas penemuan fisika partikel dan kontribusinya yang signifikan dalam pengembangan teknologi akselerator partikel, cyclotron.
Cyclotron adalah terobosan teknologi yang memungkinkan partikel bermuatan listrik seperti proton dan deuteron, dipercepat hingga kecepatan tinggi untuk digunakan dalam penelitian nuklir dan fisika partikel.
Prestasinya dalam mengembangkan siklotron mendapat perhatian dari pemerintah AS terutama dalam konteks Perang Dunia II.
Keterlibatan Lawrence dalam Manhattan Project sangat penting. Beliau berhasil mengembangkan siklotron yang lebih besar yang disebut siklotron fase atau siklotron 60 inci, yang menjadi kunci dalam produksi isotop uranium-235 yang diperlukan untuk membangun bom atom.
Setelah perang berakhir, Lawrence yang visioner dan inovatif terus berperan dalam pengembangan ilmu fisika dan teknologi akselerator partikel. Beliau mendirikan Lawrence Berkeley National Laboratory pada tahun 1931 yang menjadi salah satu pusat riset terkemuka di dunia hingga saat ini.
***
6. Edward Teller (15 Januari 1908 – 9 September 2003)
Meskipun Bapak Teller bukan anggota tim utama yang lagsung terlibat dalam pembuatan bom atom, tetapi beliau memberi sumbangsih penting dalam pengembangan pengetahuan fisika yang mendukung proyek tersebut.
Setelah keberhasilan uji coba Trinity pada bulan Juli 1945, Teller mulai tertarik pada konsep senjata nuklir yang lebih kuat dan mematikan yaitu bom atom hidrogen atau bom termonuklir. Kekuatan bom-H lebih dahsyat dan daya ledaknya sangat tinggi daripada bom atom.
Pada tahun 1951, Teller dan rekan ilmuwan lainnya berhasil merancang dan menguji coba bom-H pertama yang suskes, yang dinamai “Mike”.
Setelah Perang Dunia II, Teller terus berperan dalam pengembangan senjata nuklir dan menjadi salah satu pendukung kuat penggunaan senjata nuklir untuk tujuan militer dan politik. Namun pengembangan dan penggunaan senjata nuklir juga menimbulkan banyak kontroversi etika dan politik serta meningkatkan kekhawatiran tentang bahaya perang nuklir dan dampaknya bagi umat manusia dan lingkungan.
Pandangan dan posisinya terhadap senjata nuklir ini kontroversial dan mendapat beragam tanggapan dari komunitas ilmiah dan masyarakat.
Pada masa security hearing-nya Oppenheimer, Teller memang tampak jelas pro dengan Strauss, karena mereka berdua sama-sama mendukung nuklir secara penuh, berseberangan dengan pandangan Oppie. Hasil wawancaranya dengan AEC pun turut membawa Oppie ‘jatuh’.
***
***
***
“I am not a quitter. I watched Oppenheimer all the way to the end.”
Sri Nurilla, 22 Juli 2023
Selamat menonton, Mamah.
[…] Oppenheimer, mungkin bukanlah seorang murid yang brilian di bidang yang tidak ia minati. Mengerjakan eksperimen skala kelas, mungkin belum menjadi hal yang menarik baginya di saat-saat awal mengerjakan fisika. […]