Inilah 5 Lokasi Unik Untuk Rekreasi Alam Pegunungan

Recreation is enjoyment. All types of physical and mental activities which can satisfy our feeling. We relax and feel content, mind at rest, and we enjoy ourselves, we have fun‘.

Aktifitas rekreasi alam kegiatan utamanya adalah menikmati alam, dimana unsur rekreasi juga tetap dipertahakankan. Sebagaimana definisi rekreasi yang menurut asal katanya mempunyai arti mengembalikan daya cipta (re berarti mengembalikan dan create berari daya cipta). Menurut kamus WJS Purwadarminta, rekreasi berarti bersukaria, bersenang-senang, mencipta lagi.

Mengapa alam pegunungan menarik bagi warga kota untuk melepas sejenak kepenatan dan mendapatkan kembali energi bahagianya?

Sesuai definisinya rekreasi alam merupakan jenis kegiatan rekreasi yang memanfaatkan alam (danau, gunung, pantai, hutan, laut, sungai, air terjun, dan sebagainya) sebagai atraksi utama kegiatan rekreasi. Clare A. Gunn (1988) mengemukakan bahwa jenis atraksi rekreasi merupakan faktor utama yang menarik pengunjung, mengunjungi kawasan,  rekreasi, maka jenis atraksi yang ditampilkan dalam kawasan harus mampu menarik pengunjung.

Para Mamah kesayangan tentu sudah pernah melakukan rekreasi alam bersama keluarga tercinta. Nah … Tak ada salahnya untuk membaca sedikit pengalamanku dalam artikel ini tentang 5 lokasi unik yang dapat dijadikan tujuan berikutnya untuk rekreasi alam.

  • Pertama adalah Tawangmangu di kaki Gunung Lawu di Jawa Tengah.
  • Kedua adalah Gunung Bromo di Jawa Timur
  • Ketiga adalah Taman Hutan Rakyat (Tahura) Dago di Jawa Barat
  • Keempat adalah Dieng Plateu di Jawa Tengah
  • Kelima adalah Kawah Putih Ciwidey di Jawa Barat

Aku sudah menuliskan destinasi keren lainnya di sini: Inilah 7 Destinasi Wisata Idaman di Indonesia.

Tawangmangu Yang Penuh Pesona

Bila kita berwisata di kota Solo, ada baiknya sempatkan diri untuk berkunjung ke Tawangmangu dan Sarangan. Air terjun jumog salah satu karunia Allah Yang Maha Besar yang sungguh luar biasa. Begitu juga telaga Sarangan yang indah pasti membuat kita terpesona. Tentu saja Kota Solo tak akan bisa lepas dari kuliner yang begitu nikmat. Batik dan keraton  yang memikat. Aku telah menuliskannya di sini: Kuliner Solo The Spirit of Java

Berkuda bersama Teteh menikmati keindahan alam di bukit pinus dan perkebunan Tawangmangu.

Pengalamanku ketika di Tawangmangu menginap di sebuah cottage dengan latar bukit pinus yang hijau. Udara di Tawangmangu begitu sejuk segar. Pagi hari embun menyelimuti dan membasahi rerumputan. Saat matahari beranjak naik, aku dan Teteh berkuda di jalan pedesaan Tawangmangu. Aih … Terasa sensasi super happy…  Layaknya putri kerajaan, Teteh asyik berkeliling perkebunan sayur dan strawberry hingga ke area bumi perkemahan. Kuda putih yang lucu … Jambulnya diberi warna merah jambu he3 … Jadi deh serasi dengan jaket kami berdua. Tak lupa aku berbelanja buah pisang dan jajanan tradisional di pasar Tawangmangu. Menarik sekali loh belanja di sini. Hampir 90% pedagangnya adalah perempuan. Hebatnya lagi 90% perempuan itu adalah separuh baya malah ada yang sudah lansia.

Seru sekali berkeliling di Telaga Sarangan menggunakan speedboat.

Oya … Bila masih ada waktu sempatkan untuk menikmati keindahan Telaga Sarangan. Tampak dari kejauhan airnya hijau kelam gemerlap ditimpa sinar matahari pagi. Seakan bercerita tentang tenangnya alam ciptaan Allah Yang Maha Kuasa. Kita bisa berkeliling telaga dengan menyewa speedboat. Pulau kecil di tengah telaga menjadikan pemandangan dari tepi terlihat menawan. Jalan dari Tawangmangu menuju telaga Sarangan berkelok-kelok. Asyik sekali menikmati pemandangan hutan di kiri kanan. Mata dimanjakan dengan hijaunya dedaunan dan tubuh ini begitu terlena dengan semilir angin dari balik jendela mobil. 

Bromo Yang Selalu Memikat Hati

Rekreasi alam merupakan sarana pembelajaran untuk lebih mengenal Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Kegiatan ini akan membersihkan diri dan jiwa kita dari energi-energi negatif yang mungkin telah bersemayam di hati dan fikiran, serta sebagai rasa syukur atas karunia Allah Yang Maha Mulia.

Menanti mentari terbit di Bromo adalah kenangan indah yang tak terlupakan.

Fajar belum juga menghampiri ketika para penjelajah Bromo terjaga dan bersiap menaiki kendaraan khusus seperti jeep Landy atau Hartop. Aku awali dengan shalat tahajud, bersujud pada malam yang sunyi melangitkan doa-doa kepada Illahi Rabbi. Semoga perjalanan kali ini mendapatkan hikmah betapa Allah Yang Maha Agung menunjukkan kekuasaan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang mau bersyukur.

Jalan yang menanjak dan berliku ditambah badan jeep yang berguncang ketika ada lubang, membuat mata yang masih mengantuk pun tak lagi mampu terpejam. He3 … Lagi pula sayang kan bila sensasi naik jeep ini terlewat begitu saja. Sensasi ajrut-ajrutan di dalam jeep, bagi yang tak tahan jangan lupa bawa kantong kresek. Siap-siap saja barangkali tiba-tiba mual dan muntah he3 … Oya, bawa kayu putih atau minyak angin ya … Lumayanlah buat menahan rasa mual.

Boleh juga dicoba untuk menunggang kuda di Bromo. Sungguh sangat menantang dan tentu saja sensasinya berbeda karena ini lautan pasir.

Sungguh bersyukur kita menjadi bangsa yang dikaruniai keindahan alam oleh Allah Yang Maha Pemurah. Menjelajah pasir abu-abu yang lembut sambil dimanja belaian angin semilir. Hati siapa tak akan bergetar? Betapa indah ciptaan-Mu Ya Allah Yang Maha Perkasa. Sensasi pertama yang aku dirasakan adalah ketika dini hari harus berjalan dalam kegelapan malam menempuh luasnya lautan pasir di kawah purba. Woowww … Pasirnya terasa bagi butiran es dingin sekali. Untung pakai sepatu kets bukan sendal gunung yang terbuka.

Sarung tangan dan kaos kaki juga sebaiknya dipakai. Bila masih kedinginan juga pakailah penutup kepala yang terbuat dari bahan rajutan –kupluk. Jilbab adalah pakaian yang pas bagi perempuan untuk meredam udara dingin di kawasan setinggi 2.392 m.dpl ini. Menikmati dingin yang akan dikenang dan tak terlupakan. Apalagi kalau sampai menggigil hi3 …

Tahura Yang Luar Biasa

Kangen wangi hutan … Dedaunan gugur berwarna kecoklatan. Angin sepoi dingin membelai. Nyanyian burung bersahutan menghibur hati. Tingkah kocak monyet di Tahura membuat senyum pun terkembang. Hati jadi bahagia tentunya.

Teteh yang hobi fotografi bisa dengan leluasa mendapatkan obyek menarik di Tahura.

Mengisi waktu bersama keluarga di luar ruang adalah pilihan bijak. Aku bersama Kaka, Mas, Teteh dan suamiku sepakat untuk tracking di Tahura bukan pada waktu akhir pekan. Mengapa? … Ya agar ikhtiar untuk tetap sehat dengan berolahraga dan berjemur sinar matahari tidak terganggu keramaian dari pengunjung lainnya.

Hijau dedaunan, nyanyian serangga, dan semburat sinar matahari menambah rasa syukur.

Suasana Tahura pagi itu tidak terlalu ramai. Bahkan cenderung sepi. Eksotika Tahura membuat langkahku terus terayun. Menyusuri jalan setapak menuju situs bersejarah. Goa Jepang dan Goa Belanda. Latar goa yang unik menggodaku untuk berpose di sini. He3 … Hhhmmm ya mumpung ada fotografernya nih.

Ya aaampuuun kocak sekali nih! Monyetnya makan jagung bakar.

Beberapa kali kamera Canon Teteh menangkap aksi kocak monyet Tahura. Ada yang mengintip malu dari balik rimbun semak. Ada yang bergelayutan dari satu ranting ke ranting pohon lainnya. Nah … Ada juga monyet yang iseng memungut sisa jagung bakar dan dibawa ke atap warung. Iiiihhhh … Aya-aya wae.

Dieng Plateu Yang Istimewa

Liburan akhir tahun 2022 aku mengajak Teteh dan sepupunya untuk menjelajah -lagi Dieng Plateu. Kali ini tujuan utamanya adalah menginap di desa tertinggi di Pulau Jawa. Desa Sembungan memiliki ketinggian sekitar 2.300 m.dpl. Selain itu, aku juga menyemangati Teteh untuk mendaki Bukit Sikunir agar bisa melihat keindahan alam melihat 7 gunung dari atas sana yaitu, Gunung Prau, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Slamet, Merapi dan Lawu. Masyaallah …

Teteh berpose sejenak pintu gerbang untuk memasuki Sembungan Village -desa tertinggi di Pulau Jawa dan jalur pendakian ke Bukit Sikunir.

Puncak Bukit Sikunir adalah salah satu lokasi rekreasi alam terkenal di Dieng. Dengan ketinggian 2.306 m.dpl, puncak Bukit Sikunir menawarkan keindahan pemandangan matahari terbit yang tiada duanya.

Tampak Bukit Sikunir dan Telaga Cebongan dari tempat aku menginap.

Teteh sebelumnya pernah juga ke Dieng di masa pandemi, jadi tidak bisa masuk ke Telaga Warna. Nah … Kali ini lokasi rekreasi alam berupa telaga ini telah dibuka kembali untuk umum. Mengapa diberi nama Telaga Warna? Ooohhh … Ternyata tempat ini mempunyai keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang kerap berubah-ubah. Lihatlah latar fotoku di atas, warna airnya hijau terang. Kebetulan aku juga sedang memakai kostum berwarna hijau he3 … Kok kompakan gitu ya sama telaganya? He3 … Oya … Kadang telaga ini memunculkan warna biru dan kuning atau bisa juga warna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga tampak berwarna warni

Telaga warna yang unik namun penuh misteri.

Kawah Putih Yang Legendaris

Berkendara dari hotel di daerah Bandung Utara menuju arah Bandung Selatan menyelipkan sensasi unik. Bandung memang tak salah bila digelari Paris Van Java, Parahiyangan dilingkung gunung. Ada beberapa gunung yang mengelilingi Cekungan Bandung di antaranya: Gunung Manglayang, Burangrang, Rakutak, Puntang, Tangkuban Perahu, Tilu, Bukittunggul, Batu, Palasari, Artapela, dan Patuha. Sungguh Allah Maha Yang Maha Tinggi telah menciptakan alam Bandung penuh keindahan.

Kali ini rute menuju Gunung Patuha di mana ada Kawah Putih cukup ekstrim. Tanjakan curam pun tidak sedikit harus dilalui dengan hati-hati. Anakku bungsu, Teteh yang duduk manis di sebelahku bertanya “Bu … Kalau nyetir di sini harus -beneran supir- ya?” Aku tertawa geli. Iya … Teteh sering mendengar joke yang aku ucapkan bila kami berdua sedang berkendara. Jika ada mobil yang berjalan tidak hati-hati atau ugal-ugalan, aku akan menyebutnya sebagai -supir boongan alias bukan supir beneran– SIM-nya nembak kali?!

Teteh senang sekali bermain lempar batu di tepian kawah. Langit biru berpadu indah dengan kilau air putih kehijauan membuatku betah berlama-lama di sini.

Aku tiba di halaman parkir yang luas dan tertata rapi. Hhhmmm … Bau menyengat menyeruak menyambut kedatanganku. Teteh sempat menutup kembali pintu mobil karena tidak tahan baunya. Dia juga reflek menutup hidung dengan ujung jilbabnya. “Bau apa nih Bu?” Aku jelaskan bahwa tempat yang akan dikunjungi di balik pepohonan berbentuk unik itu adalah Kawah Putih. Danau yang terbentuk ribuan tahun yang lalu. Ya! Sungguh putih kehijauan dan menebar suasana eksotik-mistik.

Berpose sejenak di area pohon yang tinggal batang kering kehitaman.

Kandungan belerang yang tinggi membuat udara di kawasan ini memang berbau menyengat. Konon kisah meletusnya Gunung Patuha menyebabkan kawasan Kawah Putih dianggap angker. Wiihhh … Ada-ada saja cerita seram yang beredar dari mulut ke mulut. Seperti cerita tentang burung-burung yang mati bila terbang di atas kawasan ini.

Walaupun sudah dibuka untuk umum dan tidaklah lagi seseram masa lalu, namun sebagai pengunjung yang baik hendaklah tetap menjaga sopan santun di kawasan ini. Jangan membuang sampah sembarangan dan jangan berbicara kotor atau sombong. Perbanyaklah menyebut asma Allah karena rekreasi alam akan bermanfaat bagi diri kita agar semakin mengenal Illahi Rabbi yang menciptakan alam semesta ini.

Oya … Di kawasan Ciwidey seru juga loh untuk kemping bersama keluarga. Aku tuliskan di sini: Serunya Ajak Anak Kemping di Situ Patenggang.

Hikmah Rekreasi Alam di Pegunungan

Mari kita menadabburi keberadaan gunung, di mana Allah berfirman:

وَيَوْمَ نُسَيِّرُ ٱلْجِبَالَ وَتَرَى ٱلْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَٰهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا

“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan seorangpun dari mereka.”

Surat Al-Kahfi ayat 47.

Hikmah lain kita menadabburi kekokohan gunung yang semua itu pada akhirnya nanti akan lenyap, hancur, dan berhambur menjadi debu beterbangan. Namun, di lain sisi, kita dapat mengambil manfaat dari gunung-gunung tersebut sebagai pasak bumi, sehingga bumi tidak berguncang. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :

وَإِلَى ٱلْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ

“Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?”

Surat al-Ghasyiyah ayat 19.

Dalam Tafsir Al-Mukhtashar, kita diajarkan agar dapat melihat gunung-gunung bagaimana Allah menegakkannya dan dengannya bumi menjadi stabil, tidak membuat manusia terguncang di atas bumi ini. Lihat juga ayat lain: “dan gunung-gunung sebagai pasak” (QS an-Naba’:7).

Dewi Laily Purnamasari
Dewi Laily Purnamasari
Articles: 11

3 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *