Liburan? Yuk Ingat Hal-Hal Berikut!

Warning! Tulisan ini sarat curcol dan sangat mungkin bersifat subjektif.

Dibanding dengan 2022 yang seret long weekend, tahun 2023 ini lebih generous. Ada beberapa long weekend nyempil di sana sini. Hore waktunya liburan! Bisa bersama keluarga, teman-teman, atau geng arisan dan pengajian. Prinsip orang Indonesia kebanyakan, ke mana pun tempatnya yang penting ngumpul dan jajan. Betul apa betul?

Hotel dan tempat wisata kebanyakan dipilih orang Indonesia untuk menghabiskan hari libur. Dari hotel standar bintang 5 sampai tak punya standar. Tempat wisata dengan tiket gratis hingga ratusan ribu. Kebanyakan akan penuh saat libur. Pengunjung tumplek blek ingin bersantai dan menikmati suasana. Masalahnya kadang keinginan tersebut jadi agak kebablasan. Hal ini yang saya perhatikan banyak dilakukan oleh banyak orang. Secara sadar maupun tidak sadar.

Liburan memang bebas, tapi ingat di saat bersamaan, orang lain juga sedang liburan. Jadi jangan sampai hal-hal yang kita lakukan saat liburan malah mengganggu orang lain.

Nah di tulisan ini, saya ingin mengingatkan mengenai hal-hal yang sebaiknya dihindari untuk dilakukan saat di tempat umum. Agar suasana liburan tetap tentram, aman, dan nyaman untuk semuanya.

Tolong Urus Sampahmu!

Santai enaknya memang sambil menikmati cemilan. Apalagi kalau kumpul ramai-ramai pasti asyiknya sambil makan-makan. Kalau di restoran dan tempat makan tentu tidak masalah meninggalkan bekas makanan kita di meja setelah selesai makan. Tapi jika tempat tersebut bukan khusus untuk makan, maka akan sangat membantu pengunjung lain jika sisa atau bekas makan kita kumpulkan buang di tempatnya terlebih dahulu sebelum beranjak pergi.Jadi tempat yang kita tinggalkan bisa segera dipakai lagi oleh pengunjung selanjutnya dengan nyaman.

Beberapa kali saat ada di tempat wisata umum, saya kesal karena meja/tempat duduk yang tersedia malah kotor dengan sampah makanan yang ditinggalkan. Belum lagi kalau sampah-sampah tersebut terinjak-injak orang. Sungguh kurang menyenangkan. Males banget kan mau santai-santai malah kudu beres-beres dulu.

Buat saya sendiri, bahkan di restoran, di mana notabene saya bayar, saya berusaha sedikit membereskan meja setelah makan. Paling tidak, menumpuk/mengumpulkan peralatan makan di satu tempat. Saya juga selalu berusaha memunguti sisa makanan dan tissue yang bertebaran di meja dan berjatuhan di lantai. Waktu anak-anak masih pakai high chair, saya selalu mengelap high chair sebelum ditinggalkan dengan tissue basah. Supaya bisa segera dipakai lagi oleh yang perlu. Karena saya tahu betapa ribetnya makan di luar dengan anak kecil dan betapa kesalnya kalau masih harus lap-lap high chair.

Semua hal di atas saya lakukan, bukan karena saya gila kebersihan, tapi untuk mempermudah pelayan melaksanakan tugasnya. Karena berdasarkan pengalaman saya, terutama di restoran yang ramai, biasanya tamu sudah tidak sabaran dan pelayan seringnya sudah sibuk dengan urusan pesanan, jadi urusan kebersihan sudah dijadikan nomor sekian.

Saya tahu kedengarannya berlebihan, melakukan hal yang bukan tugas kita. Toh ada orang yang sudah khusus dibayar untuk membereskan. Tapi memudahkan urusan orang lain, walaupun untuk urusan paling sederhana, kan amalan yang sangat dianjurkan. Jadi mumpung sedang lapang, mari kita permudah setitik urusan pengunjung lain yang ingin istirahat juga dan pegawai restoran yang pasti pasti banyak kerjaan.

Simpan Asap Rokok Untukmu Sendiri!

Udara segar adalah yang paling banyak dicari orang saat liburan. Tapi sungguh sangat menjengkelkan kala ekspektasi tersebut dihancurkan oleh salah satu hal paling jahat di dunia: asap rokok. Pengalaman saya beberapa kali hiking ke curug, saat sudah susah payah berjalan, bahkan tak jarang mendaki, sampai di puncak bukit berharap bisa menyegarkan paru-paru, ternyata malah disambut bau rokok. Sungguh ingin hati berubah jadi Godzilla dan mengamuk. Sayangnya stamina tak sesuai keinginan. Ngos-ngosan. Haha.

Paling parah waktu saya mendaki Geopark Ciletuh. Buat saya mendaki di sana sudah seperti lagu “naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali“. Sampai di puncak, di antara formasi bebatuan yang fenomenal, dan pemandangan yang menakjubkan, ada asap rokok bertebaran. Rasanya tuh pengen tantrum, nangis guling-guling. Untung ingat umur.

Saya termasuk orang yang membenci rokok dan bersedia terang-terangan menegur orang yang merokok di sembarang tempat. Untuk hal ini saya sangat subjektif. Buat saya seluruh perokok di dunia adalah orang yang amat sangat egois. Bagaimana tidak, para perokok merasa berhak meracuni orang-orang di sekitarnya dengan asap rokok yang dihisapnya dengan alasan kenikmatan pribadi.

Selain perokok di tempat wisata alam, yang lebih menyebalkan adalah para perokok yang tega menghembuskan racun di dekat playground atau kolam renang. Pengen tak lempar pakai bom molotov. Coba ya kalau nungguin anaknya lakukan kegiatan berfaedah lainnya gitu. Main hulahop, engklek, macul, bagi-bagi voucher, apa saja lah, asal jangan bagi-bagi asap rokok.

Bagian ini mungkin lebih tepat disebut permohonan. Simpan dulu rokokmu saat liburan, apalagi di tempat umum yang penuh orang. Hembuskan saat sendirian dan tidak ada orang lain yang kebagian mudharatnya. Mohon jangan merokok di sembarang tempat. Apalagi di tempat umum yang banyak anak-anak.

Memang tidak selalu terpampang larangan untuk merokok. Tidak ada juga petugas yang akan menindak tegas perokok (karena petugasnya juga merokok. Haha). Tapi diantara sekian banyak orang yang terkena asap rokok, mungkin saja ada yang merasa terdzolimi. Ibu hamil, orang yang punya masalah paru-paru, orang tua yang punya bayi dan balita, atau ya sekedar orang yang haknya atas udara segar terganggu. Ingat doa orang yang terdzolimi biasanya dikabulkan.

Awasi Anak-Anak!

Suatu hari, keluarga saya berlibur di suatu hotel di Jakarta. Kegiatan wajib saat menginap di hotel tentu saja berenang di kolam renang. Saat saya mendampingi anak saya yang bungsu di pinggir kolam, saya melihat dua orang anak laki-laki, sekitar usia 8 dan 6 tahunan bercanda di dalam kolam.

Si anak umur 6 tahun berkali kali ditarik oleh si anak 8 tahun hingga tercebur ke dalam kolam. Pertamanya sih mungkin asyik ya, lama-lama sepertinya si anak 6 tahun ini mulai kelelahan, dia mulai teriak-teriak agar si anak 8 tahun berhenti. Tapi namanya anak-anak, si 8 tahun malah semakin giat mendorong-dorong si 6 tahun masuk ke dalam kolam, sambil teriak-teriak kegirangan. Si 6 tahun mulai gelagapan. Sepertinya sudah tidak punya tenaga untuk melawan si anak 8 tahun.

Melihat hal tersebut tentu saja insting saya melihat sekeliling mencari orang tua anak-anak itu. Tapi tidak ada orang lain selain kami di pinggir kolam. Si 6 tahun mulai batuk-batuk dan nampak sesak. Mungkin sudah banyak menelan air kolam.

Sebelum saya memutuskan untuk mengintervensi, tiba-tiba ada bapak-bapak, orang asing, yang tadinya sedang berenang ngalor ngidul, sudah duluan menghampiri dua bocah tersebut. Dia meneriaki si 8 tahun agar berhenti lalu mendorongnya menjauh dari si 6 tahun. Setelahnya si Bapak mengangkat si 6 tahun ke pinggir kolam dan menyuruh si 8 tahun untuk keluar juga. Diteriaki seperti itu si 8 tahun tentu kaget dan langsung menangis. Tapi itu memang cara yang efektif supaya si anak 8 tahun bisa mendengarkan. Si 6 tahun terbaring lemas tapi nampak tidak mengalami kegawatan. Bapak-bapak itu masih ngomel sendiri sambil sekilas mengecek kondisi si 6 tahun.

Setelahnya dia melihat sekeliling, lalu saat melihat saya, tanpa tendeng aling-aling dia langsung teriak, “PLEASE WATCH YOUR KIDS!!!”.

Lha kok saya jadi dimarahin. Haha. Saya langsung ganti teriak “NOT MY KIDS YA!!” . Si Bapak tetap ngomel-ngomel, sepertinya tidak mau tahu, dan langsung berenang lagi. Ketika akhirnya orang tua dari anak-anak itu datang, gantian saya yang ngomel ke mereka panjang lebar. Sambil agak cirambay. Lha gimana ada anak hampir tenggelam di depan mata saya. Traumatis sekali.

Menurut statistik dari WHO, penyebab kematian anak di bawah 12 tahun yang paling tinggi adalah kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi kebanyakan adalah saat tidak ada pengawasan orang dewasa. Di tempat umum, apalagi yang ramai, orang tua kadang merasa aman. Seperti yakin akan ada orang lain yang mengawasi anak-anak. Padahal bahaya mengintai dari tempat-tempat tidak terduga. Apalagi di kolam renang atau di badan air lainnya, seperti sungai dan danau. Air disebut silent killer karena bisa membunuh dalam diam. Bahkan ketika seseorang tidak tenggelam secara kasat mata, dry drowning karena bakteri dalam air yang tertinggal di paru-paru, masih mengancam nyawa.

Umur memang tidak ada yang tahu. Jika sudah takdir, tak ada satupun yang bisa mencegahnya. Tapi waktu tak bisa diulang dan penyesalan akan selamanya tertinggal di dalam hati. Maka dari itu tolong tetap awasi anak-anak, walaupun sedang rileks liburan. Minimal jangan biarkan anak dibawah 10 tahun berkeliaran/berenang sendirian tanpa pengawasan. Walaupun itu di kolam renang hotel dengan watch guard sekalipun. Bahkan ketika si anak sudah jago berenang. Karena kalau ramai, watch guard juga tidak bisa mengawasi semuanya dan tragedi tenggelam bisa terjadi pada orang yang sangat jago berenang.

Penutup

Demikian tulisan saya kali ini. Maafkan kalau isinya kebanyakan curcol. Haha. Walaupun saya yakin yang membaca postingan ini sudah sadar tentang hal-hal yang saya bicarakan di atas, tapi semoga apa yang saya tuliskan bisa dijadikan pengingat dan penyemangat. Liburan sangat boleh tapi ingat tetap harus bertanggung jawab 🙂

Restu Eka Pratiwi
Restu Eka Pratiwi
Articles: 32

5 Comments

  1. Tulisan ini mewakili isi hatiku juga, terutama soal asap rokok dan anak yang tidak sepenuhnya diawasi ketika bermain. Mungkin orangtuanya percaya diri banget kalau anak-anaknya bisa mandiri, tapi tetap sajaaaaa mereka itu masih anak-anak! Kebayang ya kita mau liburan hepi-hepi jadi malah kesel liat kelakuan banyak orang yang nggak menyadari kalau mereka bikin kesel.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *