Hari Anak Jakarta Membaca dan Cara Meningkatkan Minat Baca di Rumah

Halo, Mamah! 

24 Agustus kemarin masyarakat ibukota memperingati Hari Anak Jakarta Membaca atau disingkat Hanjaba. Hari ini merupakan sebuah usaha dari pemerintah untuk meningkatkan minat baca anak di ibukota khususnya dan anak Indonesia pada umumnya. Pertama kalinya dicanangkan sejak 2016 ditemukan hasil survey World’s Most Literate Nation Ranks bahwa Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 61 negara. Sebab lain diadakannya hari ini adalah data dari UNESCO yang memuat bahwa minat baca anak Indonesia hanya 0,001% yang artinya hanya 1 dari 1000 anak yang gemar baca. Duh, miris ya mah.

Pada 2018 hasil Test Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa kemampuan anak Indonesia usia 15 tahun ke atas dalam kategori membaca berada di peringkat 73 dari 79 negara, pada kategori Matematika ada di peringkat 72 dari 79 negara, dan di kategori sains di peringkat 70 dari 79 negara. Tes ini adalah survei oleh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development  – OECD) untuk mengukur kemampuan anak usia 15 tahun ke atas di bidang sains, membaca, dan matematika. 

Melihat data ini menjadi sebuah wake up call untuk para guru dan orang tua sebagai pendidik di sekolah dan rumah. Selain usaha pemerintah Jakarta dalam mencanangkan Hanjaba, pemerintah pusat juga mulai berbenah untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan Indonesia di tingkat persekolahan. Namun sesungguhnya tugas utama diemban oleh orang tua di rumah sebagai pendidik utama dan pertama anak. Jadi, apa saja usaha yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan anak-anak kita di dari rumah?

1.Tumbuhkan Kebiasaan Membaca Nyaring (Read Aloud) Sejak Dini 

Pendengaran adalah indera pertama yang berkembang sempurnah saat janin dalam kandungan baru berusia 4 bulan. Inilah kali pertama orang tua bisa memulai habit bacakan nyaring untuk anak. Mulai dari kitab suci, buku cerita, majalah, bahkan label produk bisa menjadi bahan bacaan. 

Lanjutkan kebiasaan ini hingga anak lahir dengan memilihkan buku yang sesuai dengan usianya. Menurut Jim Trelease, penulis buku The Read Aloud Handbook, minimal 15 menit sehari adalah alokasi waktu yang sempurna untuk memulai kebiasaan baik ini. Jika terasa berat untuk memulai, terapkan 2 minute rule maka kegiatan ini akan terasa lebih ringan. Lanjutkan dengan konsistensi, tuai hasilnya di kemudian hari.

Yang menarik adalah selama ini banyak yang mengira bahwa membacakan buku hanya berlaku untuk anak kecil saja. Manfaat bacakan buku nyaring tidak berhenti hanya di anak usia dini, anak usia remaja pun akan memetik manfaatnya bila dilakukan dengan cara yang tepat dan menyenangkan. Dengan bacakan buku orang tua bisa bangun bonding, memiliki topik diskusi yang menarik dengan anak dan menyelami dunia anak tanpa membuatnya risih. 

2. Pilih Buku Sesuai Usia Anak 

Saat anak baru lahir berikan buku berwarna hitam putih dan hanya bergambar. 

Ketika anak berusia 2 bulan lanjut ke buku berwarna dan gambar saja. 

Saat anak berusia 4 bulan hingga 1 tahun orang tua bisa memilihkan buku yang ceritanya simple tidak banyak kata, berima, berwarna, dan sedekat mungkin dengan dunia nyata. 

Anak usia 1-3 tahun bisa dikenalkan bertahap dengan cerita yang lebih kompleks namun masih mayoritas gambar.

Anak usia 4-6 tahun cocok dikenalkan buku bertulisan lebih banyak, bergambar, dan penuh kisah yang menginspirasi dan dekat dengan keseharian untuk mereka menarik pelajaran dari kisah tersebut. 

Usia 6 tahun ke atas bisa diperkenalkan topik yang lebih beragam, cerita lebih kompleks dan menarik untuk didiskusikan lebih lanjut. Pemahaman anak untuk bacaan bisa ditingkatkan lagi dengan diskusi lanjutan berupa membuat resume bacaan dari kesimpulan anak.

3. Pilih Buku Yang Diminati Anak

Bagaimana jika anak sudah terlanjur besar dan baru akan dikenalkan habit baca nyaring? Pilihkan buku yang sesuai minatnya dengan tetap sesuai kaidah pendidikan usia dini dan nilai yang dianut oleh keluarga atau minta ia yang memilih bukunya, jika ia sudah bisa. Hal ini akan memudahkan orang tua untuk memantik diskusi yang menarik minat anak dan membuat sesi diskusi lebih seru dan menyenangkan. Lebih mudah bagi anak menjadi terbuka dengan kebiasaan baru jika dimulai dari minatnya. 

Jika tidak menemukan buku yang disukai untuk anak berusia 7 tahun ke atas mamah bisa juga mencari bukunya dalam bentuk digital. Saat ini sudah ada beberapa website untuk akses buku digital ramah anak seperti dari Let’s Read contohnya. Cara ini juga bisa digunakan untuk mamah yang anaknya sudah terlanjur kecanduan main gawai, mengubah guna gawai jadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan melibatkan orang tua akan membantu anak yang butuh sapih gawai.

4.Teladan Oleh Orang tua

Children see, children do. Teladan adalah nasihat terbaik ya mah. Bila ajakan untuk membaca ditolak, jaga semangat dengan mencontohkan ke anak kebiasaan membaca ini yaitu orang tua yang suka baca. Sungguh lebih efektif daripada sekedar omongan bukan?

5.Jadikan Habit Keluarga

Setelah berhasil mulai habit (kebiasaan) ini maka jadikan membacakan buku sebagai kebiasaan keluarga. Ritual yang khusus hanya dilakukan anak dengan orang tua akan menjadikan kegiatan ini ditunggu-tunggu deh. Ga usah bingung cari kegiatan keluarga bersama, tinggal pilih bukunya dan mulai bacakan nyaring maka sudah menjadi aktifitas keluarga bersama

Begitu banyak manfaat membaca yang bisa dituai dan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga ya mah. Jika kebiasaan ini dimulai dari rumah dan ditunjang aktifitas pendukung oleh  sekolah sebagai lembaga pendidikan maka tentu kualitas anak Indonesia bisa meningkat dan bangsa kita akan selangkah lebih maju lagi di kemudian hari. Investasi kita saat ini akan berharga di masa depan nanti. 

Suka artikel ini? Share ya Mah ke orang terdekat agar lebih banyak yang memetik manfaatnya. Sampai ketemu di tulisan selanjutnya. Salam Literasi!

Tulisan ini pertama kali naik di website Mamah Gajah Ngeblog – www.mamahgajahngeblog.com . Mengambil tulisan tanpa izin admin tidak diperbolehkan.

Patricia Herdita
Patricia Herdita
Articles: 4

3 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *