Mengajarkan Prinsip dan Nilai Keluarga Melalui Dongeng

Tentang Hari Dongeng Sedunia

Siapa diantara Mamah yang hobi mendengar dongeng saat kecil? Cerita-cerita yang biasanya diawali dengan kalimat “pada suatu masa…” ini seringkali membuat kita terpana dan ingat hingga dewasa. Tanggal 20 Maret ternyata diperingati sebagai hari mendongeng sedunia loh Mah. Diawali oleh pelaksanaan hari mendongeng – Alla berättares dag di Swedia pada tahun 1991, perayaan ini segera diikuti oleh banyak negara di tahun-tahun setelahnya. Termasuk Indonesia.

Walaupun konsep dongeng sendiri lahir di benua Eropa lewat tangan penulis seperti Hans Christian Andersen dan Grimm bersaudara, tapi tidak ada satupun belahan bumi yang tidak memiliki dongeng. Cerita yang disampaikan secara turun temurun baik dalam bentuk folklore – cerita daerah, legenda, maupun mitologi. Di Indonesia sendiri kita mengenal cerita-cerita daerah seperti Malin Kundang, Kancil Mencuri Timun, Lutung Kasarung, Cinde Laras, dan sebagainya.

Manfaat Mendongeng

Kegiatan mendongeng telah terbukti dapat meningkatkan bonding antara orang tua dan anak, serta merupakan media yang efektif untuk mengembangkan imajinasi dan menanamkan nilai dan pelajaran mengenai hidup terutama untuk anak usia dini. Di usia tersebut anak-anak akan lebih mudah menerima nasihat yang disampaikan dalam bentuk cerita. Karena lebih tidak mudah membuat bosan walaupun disampaikan berulang-ulang. Beda dengan omelan kan ya Mah? 😉

Mendengarkan cerita bisa meningkatkan kemampuan otak untuk untuk fokus, berkonsentrasi, serta meningkatkan kemampuan sosial dan komunikasi. Selain itu juga memperluas wawasan dan pemahaman budaya. Banyak sekali ya Mah ternyata manfaat mendongeng ini. Seperti kata Albert Einstein berikut:

If you want your children to be intelligent, read them fairytales. If you want them to be more intelligent, read them more fairytales.

– Albert Einstein –

Ide Dongeng yang Cocok untuk Anak-Anak Usia Dini

Dongeng awalnya diceritakan sebagai hiburan untuk orang dewasa. Oleh karena itu seringkali isinya tidak cocok untuk anak-anak. Cerita seperti Jaka Tarub yang mengintip 7 bidadari mandi atau kisah Roro Jonggrang dan Badung Bondowoso dengan penolakan cinta yang berakhir tragis memang agak kurang layak untuk anak-anak.

Untuk membantu Mamah memilih dongeng yang akan diceritakan kepada anak-anak, di tulisan ini saya akan membagikan ide judul dongeng, yang menurut saya punya cerita yang menarik dan layak untuk anak-anak. Terutama untuk balita.

Selain ceritanya cukup seru, dongeng yang akan saya sebutkan di bawah punya pesan moral yang bagus. Kerja keras, gotong royong, pantang menyerah, kejujuran, serta berbagai sifat lain yang mendukung pembentukan karakter yang baik dari seorang anak. Yuk kita simak Mah 🙂

Three Little Pigs – Tiga Babi Kecil

Sumber : www.read.gov

Tiga babi kecil pergi meninggalkan rumah induknya. Mereka telah siap memiliki rumah yang harus mereka bangun sendiri. Babi kecil pertama membangun rumahnya dari jerami. Karena bahan itu yang paling mudah ditemukan di sekitar pertanian gandum. Wilayah tempat ketiga babi kecil itu tinggal. Babi kecil kedua membangun rumahnya dari ranting. Karena ranting paling mudah ditemukan di pinggir hutan yang berbatasan dengan wilayah ketiga babi kecil tinggal.

Kedua babi kecil pemalas tersebut membangun rumah mereka seadanya dengan cepat. Setelahnya mereka menghabiskan hari dengan menyanyi, menari, dan bermain-main. Mengejek babi kecil ketiga yang membangun rumah dengan susah payah.

Babi kecil ketiga senang bekerja keras. Dia yang paling rajin diantara saudara-saudaranya. Dia membangun rumah menggunakan semen dan batu bata. Diangkutnya bahan-bahan tersebut dari kota, kemudian disusun satu persatu hingga membantuk rumah. “Sungguh buang-buang waktu”, kata dua babi kecil lain mengejeknya.

Suatu hari seekor serigala berhasil menyelinap masuk ke wilayah pertanian gandum. Serigala tersebut melihat babi kecil pertama dan kedua sedang asyik bermain-main di halaman rumah mereka. Melihat serigala datang, babi-babi kecil tersebut segera berlari masuk ke dalam rumah untuk berlindung.

Serigala mendatangi rumah babi kecil pertama yang terbuat dari jerami. Dengan mudah ia meniup rumah tersebut hingga roboh. Babi kecil pertama yang ketakutan segera berlari ke rumah babi kecil kedua untuk ikut berlindung. Serigala segera menyusul. Tanpa kesulitan berarti ia juga meniup rumah ranting tersebut hingga roboh. Kedua babi kecil yang ketakutan segera berlari ke rumah saudara mereka, babi kecil ketiga untuk mengamankan diri.

Sekuat apapun serigala meniup rumah batu milik babi kecil ketiga, ia tidak dapat merobohkannya. Akhirnya karena lelah serigala itu pergi dengan sendirinya, dan tiga babi kecil selamat.

Pesan moral: (1) kerja keras dan ketekunan akan berbuah manis.
Pelajaran: mengenal bahan-bahan yang bisa digunakan untuk membangun rumah.

The Stone Soup – Sup Batu

Seorang pengembara yang kelaparan tiba di sebuah kota. Warga kota tersebut menolaknya ketika meminta makanan. Kecewa, pengembara tersebut menyalakan api kemudian memanaskan kuali berisi air dan 3 buah batu. Setiap ada warga yang lewat dan bertanya dia jawab “Membuat sop batu. Sop paling enak sedunia”. Warga yang penasaran satu persatu datang memberikan bahan tambahan untuk sup tersebut. Bawang, wortel, tomat, ayam, dan sebagainya. Lama-lama kuali pengembara terisi dengan sup sungguhan. Pengembara kemudian membagi sup tersebut ke seluruh warga untuk dinikmati bersama.

Pesan moral: (1) gotong royong, (2) bantu membantu.
Pelajaran: Belajar nama-nama bahan makanan yang dimasukkan ke dalam kuali.

The Ugly Duckling – Itik Buruk Rupa

Seekor induk bebek mengerami 6 butir telur. Lima butir telur menetas menjadi anak bebek dengan tubuh mungil, bulu warna kuning, dan jalan yang tegap. Sementara satu telur sisanya menetas menjadi anak bebek dengan tubuh lebih besar, bulu abu-abu, dan jalan yang oleng. Anak bebek ini sedih karena merasa berbeda dengan saudara-saudaranya. Saudara-saudaranya pun tak henti mengejeknya dengan sebutan buruk rupa.

Dia kemudian pergi, bertekad mencari bebek lain yang mirip dengannya. Tapi usahanya tidak membuahkan hasil, malah dia hampir tenggelam saat berusaha menyeberangi sebuah danau. Untung seorang petani menyelamatkannya. Petani itu merawat bebek tersebut sampai besar kemudian melepaskannya kembali ke danau. Di danau sekawanan angsa putih yang cantik menyambutnya. Bebek buruk rupa sudah hendak pergi menjauh ketika dia melihat bayangan dirinya di air. Ternyata dia sudah berubah menjadi angsa yang cantik dan anggun. Dengan bahagia dia berkumpul dengan saudara-saudaranya.

Pesan moral: (1) Jangan mengejek orang yang berbeda dengan kita, (2) Jangan mudah menyerah karena perkataan orang lain, (3) Terus semangat mencari hal yang disukai. (4) Terus berusaha mencari peran yang baik di masyarakat.
Pelajaran: Mengenali perbedaan bebek, angsa, ayam, dan unggas lainnya.

Goldilocks and The Three Bear – Gadis Berambut Emas dan Tiga Ekor Beruang

Tiga ekor beruang hidup di suatu rumah di hutan. Ayah beruang, ibu beruang, dan anak beruang. Suatu hari ibu beruang memasak bubur. Sambil menunggu bubur tersebut dingin, keluarga beruang pergi berjalan-jalan ke hutan.

Seorang gadis kecil dengan rambut berwarna emas pergi ke hutan. Dia melihat rumah keluarga beruang, kemudian karena penasaran memutuskan masuk ke dalamnya. Di sana dia mencoba kursi ayah beruang (terlalu tinggi), kursi ibu beruang (terlalu pendek), dan kursi anak beruang (tingginya pas) dan tak sengaja mematahkannya. Kemudian dia mencicip bubur ayah beruang (terlalu panas), bubur ibu beruang (terlalu dingin), dan bubur anak beruang (rasanya pas) kemudian menghabiskannya. Setelahnya, karena kenyang dan mengantuk dia mencoba kasur ayah beruang (terlalu keras), kasur ibu beruang (terlalu empuk), dan kasur anak beruang (enak ditiduri) lalu tidur nyenyak di atasnya.

Keluarga beruang yang pulang berjalan-jalan menemukan kalau ada orang yang menduduki tempat duduk mereka, mencicip bubur mereka, dan meniduri kasur mereka. Mereka menemukan gadis kecil berambut emas yang tertidur lelap di tempat tidur anak beruang kemudian membangunkannya. Gadis kecil yang kaget melihat keluarga beruang, langsung melompat lewat jendela, lari pontang panting kembali ke rumah.

Pesan moral: (1) Hormati privasi orang lain, (2) Menghargai benda milik orang lain, (3) Berhati-hati agar tindakan yang kita lakukan, tidak merugikan orang lain.
Pelajaran: Mengenal lawan kata dan ukuran.

The Emperor’s New Cloth – Baju Baru Raja

Sumber gambar : www.wikipedia.org

Seorang Raja yang hidup di suatu kerajaan, tidak pernah mau mengaku bahwa dia tidak tahu bahkan ketika dia benar-benar tidak tahu. Hal yang paling ditakuti raja tersebut adalah saat orang lain mengira dia bodoh.

Suatu hari seekor rubah penipu datang ke kerajaan tersebut. Rubah itu mengaku sebagai seorang penjahit yang memiliki bahan kain ajaib yang hanya bisa dilihat oleh orang yang pintar. Raja tentu tidak mau mengaku bahwa dia tidak bisa melihat kain tersebut, karena takut orang lain mengira dia bodoh. Sehingga ketika sang rubah menawarkan untuk membuat pakaian dari kain ajaib tersebut, raja tanpa ragu mengiyakan.

Berhari-hari rubah sibuk berpura-pura menjahit pakaian untuk raja. Menggunting pola, menggunting kain, menjahit, dan menghias. Bergulung-gulung benang emas dan bergenggam permata untuk hiasan telah diserahkan oleh raja kepada rubah untuk mempercantik pakaiannya. Setiap kali raja menengok pekerjaan sang rubah, dia hanya melihat rubah tersebut menjahit di mesin jahit yang kosong tanpa kain. Tapi tentu saja dia tidak mau mengaku tidak bisa melihat pakaian yang sedang dijahit karena takut dianggap bodoh.

Suatu hari di kerajaan tersebut diadakan pawai dimana raja akan berkeliling ke seluruh penjuru ibukota. Raja dengan gembira mencoba pakaian barunya walaupun dia tidak pernah melihatnya. Rubah dengan cekatan bertindak seolah-olah memasang baju, celana, jubah ke badan raja. Setelah rubah mengatakan bahwa seluruh pakaiannya terlah selesai dipasang, raja tidak merasakan apa-apa di badannya. Tapi rubah tersebut meyakinkan bahwa karena bahan pakaian tersebut sangat-sangat ringan maka pemakainya tidak pernah bisa merasakan.

Tak ada satupun pengawal kerajaan yang berkomentar tentang pakaian raja Raja, begitupun juga dengan rakyat yang menanti di pinggir jalan. Semua orang sudah diberitahu bahwa raja akan melaksanakan pawa dengan pakaian istimewa. Hanya orang pintar yang bisa melihat pakaiannya. Tentu saja para pengawal dan rakyat tidak ada yang ingin dibilang bodoh. Jadi mereka diam saja. Berpura-pura bisa melihat baju baru sang raja.

Hingga saat raja lewat di depan sebuah keluarga yang belum mendengarkan pengumuman tentang baju baru sang raja. Anak terkecil keluarga tersebut melihat sang raja dan langsung berteriak, “Lihat, dia tidak menggunakan baju. Apa dia tidak malu?”.

Semua orang yang mendengar teriakan anak tersebut langsung berbisik-bisik. Membenarkan apa yang mereka lihat. Raja pergi pawai tanpa pakaian. Raja yang mendengar bisikan-bisikan mereka menyadari kebodohannya lalu langsung lari kembali ke istananya. Semenjak itu raja hanya bersedia menggunakan pakaian yang betul-betul bisa dia lihat saja.

Pesan moral: (1)Jangan biarkan rasa gengsi dan ketakutan menghalangi kita untuk berbicara mengenai kebenaran.
Pelajaran: Hal-hal yang dilakukan untuk menjahit pakaian.

The Boy Who Cried Wolf – Anak Laki-Laki yang Berteriak Serigala

Seorang anak gembala merasa bosan. Setiap hari yang dia lakukan hanya menggiring domba-dombanya ke padang rumput kemudian menunggui mereka makan hingga saatnya mereka dikembalikan ke kandang.

Suatu hari ia mendapatkan ide untuk membuat keramaian agar dirinya tak bosan. Ia berlari ke pasar kemudian berteriak “SERIGALA!! ADA SERIGALA YANG MENYERANG DOMBA-DOMBAKU”. Orang – orang yang berada di pasar langsung berbondong-bondong berlari ke arah padang rumput sambil membawa berbagai peralatan yang bisa digunakan untuk mengusir serigala. Sesampainya di padang rumput mereka hanya melihat domba-domba yang asyik merumput. Tidak ada satupun serigala yang terlihat. Anak gembala terbahak-bahak melihat orang-orang tersebut tertipu. Sungguh menghibur pikirnya.

Beberapa hari kemudian anak gembala kembali melakukan hal yang sama. Dia pergi ke lapangan tengah kota kemudia berteriak “ADA SERIGALA! TOLONG ADA SERIGALA YANG AKAN MEMAKAN DOMBA-DOMBAKU”. Orang-orang yang ada di sekitar lapangan langsung meninggalkan apa yang sedang mereka kerjaan kemudian berlari ke arah padang rumput. Di sana lagi-lagi mereka hanya melihat domba yang sedang beristirahat di bawah pohon. Tidak terlihat satupun jejak serigala. Anak gembala kembali tertawa. Gembira karena rencananya berhasil.

Suatu hari saat anak gembala tersebut sedang bersantai, sepasang serigala mengintai domba-domba miliknya dari balik semak belukar. Si anak gembala tersebut tahu bahwa beberapa saat lagi serigala-serigala tersebut akan menyerang domba-dombanya. Ia pun segera berlari ke pasar sambil berteriak “SERIGALA!! ADA SERIGALA YANG MENYERANG DOMBA-DOMBAKU”. Orang-orang di pasar bergeming mendengar teriakan tersebut. Bahkan menolehpun mereka enggan. Anak gembala kemudian berlari ke lapangan tengah kota kemudian meneriakkan hal yang sama. Tapi tidak ada seorangpun yang menggubrisnya. Putus asa, anak gembala tersebut menangis meraung-raung, meminta pertolongan. Tapi tak ada satupun yang bersedia menolongnya.

Akhirnya dengan lunglai dia kembali ke padang rumputnya dan dengan hati hancur melihat domba-dombanya saru persatu dimakan oleh gerombolan serigala tanpa bisa berbuat apa-apa untuk menghentikannya.

Pesan moral: (1)Jangan bohong, (2)Pembohong tidak akan pernah dipercaya sekalipun mereka mengatakan kebenaran.
Pelajaran: Menghitung jumlah domba.

Penutup

Demikian Mah tulisan kali ini mengenai ide dongeng dengan isi yang sesuai untuk anak usia dini. Seluruh dongeng yang saya sebutkan di atas adalah beberapa dongeng yang masih saya ingat dari kala pertama saya mendengarnya dulu dan sekarang kerap kali saya ceritakan kembali ke anak-anak sebagai pengantar tidur. Semoga Mamah juga suka ya. Selamat mendongeng, Mah 🙂

Restu Eka Pratiwi
Restu Eka Pratiwi
Articles: 35

7 Comments

  1. Benar mah, dengan menceritakan dongeng, kita bisa menyelipkan pesan moral terselubung. Sampai saat ini, walaupun anak-anakku sudah besar, mereka masih suka meminta saya bercerita sebelum mereka tidur. Lebih seringnya sih tidak menggunakan buku, tapi berdasarkan karangan sendiri 😃. Terimakasih ya mamah restu untuk inspirasinya. Jadi dapat ide baru untuk mendongeng nanti malam 🥰

  2. Wuiihh Restu, makasiiy banget sudah mengingatkan kita, para Mamah, mengenai pentingnya membacakan fairytales untuk anak. 🙂

    Makasiiy juga sudah menulis ringkasan 6 kisah populer ini. Saya sudah membaca keenamnya saat kecil, dan ya, benar sekali Restu; langsung makjlebbb ingin menjadi manusia yang berbudi dan lebih baik.

    Memang lebih efektif dibandingkan jika melalui nasehat ortu atau guru secara frontal. Ehehe.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *